Connect with us

Sosial

Sempat Frustasi Kedua Tangannya Diamputasi, Eko Menjelma Jadi Barista Handal

Diterbitkan

pada

BDG

Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Garis kehidupan seseorang memang tidak ada yang tahu. Bahkan kadang kala hidup terasa sangat berat dan jauh dari harapan. Namun dengan adanya tekad yang kuat untuk bangkit dari keterpurukan dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Seperti yang pernah dialami oleh Eko Sugeng. Pria 34 tahun yang tinggal di Sleman ini mampu bangkit dari keterpurukan dan bahkan bisa dibilang adalah fase terendah dalam kehidupannya. Eko yang sebelumnya hidup normal harus menerima kenyataan kedua tangannya harus diamputasi. Sebuah pukulan berat bagi kehidupannya kala itu.

Eko menceritakan, fase yang menjadi titik balik kehidupannya terjadi pada tahun 2002 silam. Saat itu, dirinya berniat untuk membantu memperbaiki antena televisi milik saudaranya. Beberapa kabel berusaha ia singkirkan, namun tiba-tiba keluar pancaran sinar biru dari kabel tersebut. Arus listrik tegangan tinggi menyengatnya.

“Saya langsung terjatuh tidak sadar, ketika sadar sudah seperti ini (kehilangan separuh tangannya),” kata Eko saat ditemui di sebuah stan dalam acara temu inklusi di Lapangan Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Selasa (23/10/2018) siang tadi.

Kenyataan itu sempat membuatnya terpukul. Pasalnya, di usianya yang saat itu masih 18 tahun membuatnya merasa sudah kehilangan masa depan. Ia tak tahu lagi apa yang harus dilakukan dengan kekurangan yang harus ia hadapi tersebut.

Aktifitas yang biasanya mampu dilakukan, ia pelajari lagi. Seperti cara mengenakan pakaian hingga menulis. Akhirnya, karena inilah dirinya tinggal di asrama milik Yakkum untuk berlatih mandiri. Saat tinggal di Yakkum, dirinya suka minum kopi di sebuah kedai kopi tak jauh dari yayasan tempatnya tinggal.

Berita Lainnya  Lanjutkan Revitalisasi, Bangsal Sewokoprojo Kembali Diguyur Anggaran Ratusan Juta

“Karena saya hampir setiap hari minum kopi di sana oleh ownernya ditanya kenapa tidak menjadi penyaji kopi sendiri,” ucapnya.

Dari ucapan itulah, semangatnya mulai tergugah. Eko berusaha menjawab tantangan pemilik kedai kopi tersebut. Ia kemudian berlatih untuk menjadi seorang barista.

“Baru setahun terakhir saya berlatih membuat kopi,”ucapnya.

Eko saat dengan terampil membuatkan secangkir kopi meski tak memiliki tangan

Ia mengatakan, dari situ kemudian ia menemukan momentum ketika salah satu NGO dari Asian Foundation akhirnya memberikan pelatihan kepada dirinya dan 7 orang lainnya untuk belajar mengenal seluk beluk kopi. Selain itu, dirinya juga diajak untuk bertukar pengalaman dengan para penyaji kopi yang terkenal di Yogyakarta.

Berita Lainnya  Traktor Bantuan Pemerintah Untuk Petani Gunungkidul

“Kami belajar banyak, bahkan kami livein dengan petani di Suroloyo, Kulon Progo. Kami belajar ngopeni (memelihara) kopi,”katanya.

Semangat Eko pun berbuah manis ketika owner kedai yang biasa digunakan untuk sekedar ngopi itu menawarkan pekerjaan kepada dirinya.

“Alhamdulilah dengan segala keterbatasan ini, saya bisa tetap bekerja,” papar dia.

Keseharian Eko pun didukung penuh keluarganya. Bahkan kini Eko menjadi tulang punggung keluarga kecilnya. Eko sendiri dengan kekurangannya tetap mampu menghidupi istri dan seorang anak.

“Hasilnya lumayan untuk keluarga, istri saya juga bekerja jual beli online,”ucapnya.

Eko mengaku mempunyai mimpi bersama 7 orang temannya yang tergabung dalam Barista Inklusi yang mendapatkan pelatihan pertama membuka kedai kopi. Mereka membentuk perkumpulan dengan nama Setara.

Berita Lainnya  Jadi Biang Kerok Mandegnya Pembangunan, Oknum Perangkat Desa Jadi Tersangka Kasus Korupsi

“Mimpinya kami ke depan bisa memiliki kedai kopi sendiri,” tutur Eko.

Meski dengan segala keterbatasan yang ada, dirinya optimis bisa bersaing dengan Barista pada umumnya. Namun demikian dirinya masih kesulitan lantaran adanya beberapa kendala.

“Kita optimis bisa, tetapi masih ada satu kendala. Yakni sertifikasi barista kami belum punya. Kami ingin pengakuan secara tertulis, karena untuk bekerja kami butuh itu,”ucapnya.

Eko berharap, teman-teman disabilitas yang lain untuk tidak berkecil hati. Dirinya yang masih berusaha membangun usaha, mengajak temannya untuk berusaha keluar dari keterbatasan.

“Bekerja keras sesuai dengan bidangnya masing-masing pasti ada jalan,” ujarnya.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata2 minggu yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis2 minggu yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis4 minggu yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

bisnis3 bulan yang lalu

Demi Lancarnya Perjalanan KA, Pusdalopka Rela Tak Ada Libur

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Salah satu elemen penting yang memainkan peran strategis dalam menjaga kelancaran operasional kereta api adalah Pusat...

Berita Terpopuler