fbpx
Connect with us

Budaya

Gelar Ritual Ujub Syukur Satu Suro, Masyarakat Gunungkidul Larung Sesaji  di Tengah Laut

Diterbitkan

pada

BDG

Tanjungsari,(pidjar.com)–Masyarakat di sekitar pesisir Selatan Gunungkidul menggelar upacara ritual sedekah laut atau labuhan, Senin (10/09/2018). Ritual yang berlangsung di Pantai Baron itu digelar dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam yang juga bertepatan dengan Tahun Baru Kalender Jawa. Sejumlah sesaji dilarung di tengah laut sebagai ungkapan syukur atas rejeki yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.

Pantauan pidjar.com di lokasi, kegiatan dimulai dengan ritual kenduri di aula Pantai Baron. Kenduri diikuti oleh seluruh warga yang mengais rejeki di sekitar pantai.

Usai kenduri selesai, masyarakat yang mengenakan pakaian tradisional tersebut kemudian mengarak empat gunungan hang berisi hasil bumi. Tampak dua ekor ayam warna hitam dan kepala kambing disiapkan untuk dilarung di lautan.

Berita Lainnya  Sedang Dikaji, Gunungkidul Bakal Segera Punya Museum Megah

Sesampainya di tepi pantai sesepuh atau orang yang dituakan oleh warga sekitar, membuka ritual dengan doa. Dengan menabur bunga serta beberapa sesaji, empat gunungan kemudian dinaikan di atas kapal nelayan untuk selanjutnya dibawa menuju tengah laut.

Sesepuh Desa Kemadang, Ngatno mengatakan, sedekah laut merupakan tradisi turun temurun yang selalu dilakukan oleh masyarakat di pesisir selatan. Sesajian yang disiapkan merupakan hasil bumi dari masyarakat sebagai wujud syukur atas limpahan rezki yang diterima.

Adapun dua sesaji yang menjadi perhatian, yakni kepala kambing dan ayam dikatakan Ngatno sebagai sarana tolak bala. Selain itu juga merupakan simbol dari sifat buruk manusia yang harus dibuang jauh-jauh.

Berita Lainnya  Lestarikan Tradisi Nyadran, Ratusan Warga Kembul Ingkung di Sendang Tanjungsari

“Ayam itu kan sukanya terbang nggak jelas, tidak punya arah yang jelas. Itu harus kita buang agar kita madep manteb (fokus) terhadap apa yang kita kerjakan,” kata Ngatno.

Ia menambahkan, untuk kepala kambing merupakan simbol dari pikiran manusia yang penuh kebodohan, kelicikan dan kemalasan yang juga harus dibuang. Sehingga dalam berfikir manusia diharapkan dapat berfikir positif, jernih dan terhindar dari hal-hal kotor.

“Seharusnya memang menggunakan kepala kerbau, sebagai simbol kemalasan, karena kerbau kan aktivitasnya lelet, itu (kepala kambing) sebagai gantinya,” ungkap Ngatno.

Sementara itu, Bupati Gunungkidul, Hj Badingah mengatakan, dengan digelarnya ritual ini semoga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan yang ada di Pantai Baron. Sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

Berita Lainnya  Hanya Kejar Praktis, Cara Berpakaian Adat Jawa Pegawai Pemkab Gunungkidul Dikritik Budayawan

“Namun jangan lupa ketika wisatawan datang kita harus menjaga sapta pesona, kebersihan kenyamanan terutama. Supaya wisatawan, baik lokal, nasional dan internasional tidak kapok dan suka datang lagi,” pungkas dia. (Kelvian Adhi)

 

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler