Sosial
Berkah Pipa Bocor, Warga Terdampak Kekeringan Rela Antri Dapatkan Air
Saptosari,(pidjar.com)–Warga Padukuhan Legundi, Desa Planjan, Kecamatan Saptosari saat ini memiliki kesibukan baru. Mereka rela beberapa saat mengantri untuk bisa memanfaatkan air yang bocor dari pipa PDAM untuk kemudian dikumpulkan ke wadah-wadah yang mereka bawa. Dengan sabar sejumlah warga saling bergantian menunggu wadah yang mereka bawa penuh.
Memanfaatkan pipa PDAM yang sudah beberapa waktu ini bocor memang menjadi salah stu alternatif warga setempat untuk memenuhi kebutuhan air mereka. Sejak musim kemarau ini, warga memang tidak lagi memiliki akses air bersih. Situasi sendiri semakin sulit lantaran layanan PDAM di wilayah tersebut saat ini jarang sekali bisa diandalkan. Air layanan tersebut mengalir secara tak menentu. Untuk memenuhi kebutuhan, mereka terpaksa membeli dari truk tangki swasta.
Salah seorang warga setempat, Minem mengatakan bahwa untuk sementara, air dari kebocoran pipa itu menjadi andalannya dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga. Karena kualitas air termasuk bagus, ia bisa menggunakan air tersebut untuk memasak, minum, ataupun kebutuhan lainnya. Namun begitu, karena mengandung cukup banyak zat kapur, sebelum digunakan, air tersebut terlebih dahulu disaring.
Minem menambahkan bahwa apa yang saat ini terjadi cukup membantunya. Hal ini lantaran jika harus membeli dari tangki swasta di mana per tangki harus membayar Rp150.000, cukup berat baginya. Ia tak menampik bahwa sebenarnya cukup banyak bantuan dropping air dari swasta, namun itupun juga tidak bisa sepenuhnya mencukupi karena untuk satu tangki bantuan tersebut, harus dibagi dengan warga lainnya dalam lingkup 1 RT.
“Mubadzir kalau tidak dimanfaatkan, daripada terbuang,” beber dia, Senin (20/08/2018) siang.
Senada dengan Minem, warga lainnya, Kardi mengaku bahwa setiap hari memilih untuk mengantri di jaringan pipa yang bocor tersebut. Ia mengatakan bahwa sebenarnya sangat terbantu dengan adanya kebocoran jaringan pipa tersebut.
Kardi mengatakan bahwa selama ini ia memilih tidak berlangganan air dari PDAM Tirta Handayani. Ketidakpastian layanan di mana air tidak tentu mengalir membuat ketiadaan minat tersebut.
“Kalau ainya pasti mengalir saja saya mau langganan. Tapi sekarang ini yang keluar seringkali cuma angin, jadi rugi malahan kalau saya langganan,” terangnya.
Sementara itu, Dukuh Legundi, Supriyatno menambahkan, di daerahnya ini memang sudah beberapa bulan terakhir terdampak kekeringan. Warga setempat hanya bisa mengandalkan air sisa dari embung yang ada di desa yang sudah sangat terbatas. Selain itu, warga terpaksa harus membeli air dari tangki swasta.
Kebocoran pipa PDAM yang terjadi saat ini memang bisa dibilang menjadi berkah sementara bagi warga. Namun demikian, air dari bocoran pipa PDAM tersebut juga tidak sewaktu-waktu mengalir.
“Kalau pas bocoran di sini mengeluarkan air, ramai warga yang mengantri,” kata Supriyatno.
Di Padukuhan Legundi sendiri, saat ini masih dalam taraf percobaan layanan PDAM. Dari 145 KK yang menghuni Padukuhan Legundi, baru ada sekitar 12 KK yang memasang layanan PDAM. Dari warga yang telah berlangganan tersebut, juga banyak keluhan lantaran air tak bisa mengalir secara rutin.
Pihaknya sendiri telah mengadukan keluhan masyarakat tersebut kepada pihak perusahaan. Namun hingga saat ini, masih belum ada solusi yang diberikan.
"Di sini juga sudah mengadu ke kecamatan, namun dari pihak Kecamatan tidak mengajukan dropping. Saya sudah minta sebenarnya. Kalau dari PDAM katanya mau benahi, atau sedang ada kendala gitu saja bilangnya,” ujarnya.
Terkait pipa air PDAM yang bocor, Direktur PDAM Tirtahandayani, Isnawan Febriyanto mengatakan petugas sudah diterjunkan untuk memperbaiki kebocoran.
“Setiap ada kebocoran akan kami lihat terlebih dahulu. Kalau daerah yang biasanya harus bergilir, jika dimatikan akan menganggu penggiliran selanjutnya. Nanti dibenahi biasanya kalau pas pindah giliran. Memang kalau tidak segera diperbaiki akan menganggu tekanan air di ujung,” urainya.
Berkaitan dengan keluhan dari warga Saptosari mengenai layanan PDAM, Isnawan berdalih bahwa untuk saat ini, debit air di wilayah Saptosari memang relative kecil. Hal ini dikarenakan suplai air dari sumber Bribin memang kecil lantaran terkendala pompa air.
“Sudah diusulkan ke Satker untuk penambahan pompa, pada bulan ini sudah ada tendernya,” ujar Isnawan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Edy Basuki memaparkan, hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan perihal adanya penambahan luasan wilayah yang terdampak kekeringan. Laporan terakhir yang ia terima beberapa waktu lalu, ada penambahan wilayah terdampak kekeringan di Kecamatan Saptosari yang melingkupi 3 padukuhan di Desa Krambilsawit.
“Di Padukuhan Sawah sebanyak 60 KK, Padukuhan Pringwulung 70 KK, dan Padukuhan Bendo 70 KK. Selain itu tidak ada laporan masuk lagi,” beber dia.
-
Politik3 minggu yang lalu
Suara Jeblok, PDIP Akui Kalah Rekruitmen dan Salah Tunjuk Ketua Bapilu
-
Politik4 minggu yang lalu
Hampir Separuh Incumbent Tumbang, Termasuk Ketua DPRD
-
Politik3 minggu yang lalu
21 Caleg Baru Akan Duduki Kursi DPRD Gunungkidul
-
Sosial3 minggu yang lalu
Beda Hitungan, Jamaah Aolia Gunungkidul Mulai Sholat Tarawih Malam Ini
-
Pendidikan3 minggu yang lalu
Capaian Prestasi SMA Mubammadiyah Al Mujahidin di Olympicad Nasional
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Gunungkidul Dilanda Hujan dan Angin Kencang, Sejumlah Titik Porak Poranda
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Peternak Telur Gelar Rembuk Nasional Demi Menyongsong Panen Jagung 1,9 Ton
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Waspada, 2 Bulan Terakhir Kasus DBD di Gunungkidul Tembus 280 Penderita, 2 Meninggal Dunia
-
Pariwisata6 hari yang lalu
Menjelajahi Sejumlah Wisata Ekstrem di Kabupaten Gunungkidul yang Patut Dicoba
-
Sosial4 minggu yang lalu
Perduli Layanan Masyarakat, Pengusaha Ini Salurkan 6 Unit Ambulans Untuk Warga Gunungkidul
-
Olahraga4 minggu yang lalu
Targetkan 25 Medali Emas, Pemerintah Janjikan Bonus Untuk Kontingen Popda Gunungkidul
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Mega Proyek Pembangunan Gedung DPRD Gunungkidul Dilanjutkan Tahun Ini