fbpx
Connect with us

Sosial

Jadi Korban Gempa Palu, Bayi 19 Bulan Ini Kehilangan Ayah dan Kaki Kanannya

Diterbitkan

pada

BDG

Paliyan,(pidjar.com)–Suasana haru menyelimuti rumah almarhum Suryanto yang berada di Padukuhan Mengger, Desa Karangasem, Kecamatan Paliyan pada Sabtu (13/10/2018) sore kemarin. Sore itu, istri dan anak Suryanto, Wahida dan Raisa Putri Adila yang langsung datang dari Palu, Sulawesi Tengah tiba di rumah tersebut. Suryanto dan keluarganya merupakan korban gempa dan tsunami dahsyat di Palu. Dalam tragedi itu, Suryanto meninggal dunia sementara Raisa yang masih berusia 19 bulan mengalami cacat permanen. Setengah kaki kanan bayi tersebut harus diamputasi setelah mengalami cedera berat.

Tak ayal kedatangan Raisa yang nampak polos tanpa dosa dan derita langsung memancing isak tangis dari keluarga besar Suryanto yang memadati rumah. Bocah kecil itu mungkin belum tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan ia mungkin tidak mengetahui jika ayah tercintanya sudah tiada.

Tanpa jerit tangis atau pun rasa sakit, Raisa hanya terdiam saat berada di gendongan neneknya. Namun wajah ketakutan masih nampak jelas di matanya. Seolah dirinya masih merasakan getaran gempa dahsyat yang telah mengorbankan hal yang mungkin paling berharga dari hidupnya yakni sang ayah serta kakinya. Sebuah bencana yang tentunya akan merubah jalan hidup bayi cantik tersebut untuk selamanya.

Berita Lainnya  Siapkan Pembebasan Lahan Seluas 40 Hektar, Pemkab Gunungkidul Akan Bangun Kawasan Sport Centre Berstandar Nasional

Sesekali, biskuit yang ia pegang kemudian ia masukan ke dalam mulutnya. Menoleh kanan dan kiri, banyaknya orang berada di sekelilingnya yang menangis membuatnya semakin bertanya-tanya.

Sedangkan sang ibu, Wahida masih tergolek lemas di dalam rumah. Meski telah beberapa waktu berlalu, Wahida nampak masih trauma dengan apa yang dia alami. Rasa terpukul kehilangan suami tercintanya serta derita yang harus ditanggung sang anak membuatnya memilih untuk menutup diri.

Wahida dan Raisa sendiri bisa pulang ke kampung halaman di Gunungkidul berkat jasa dari relawan Muhammadiyah Yogyakarta.

Salah satu relawan yang mengantarkan Raisa dan Wahida, Irfan mengatakan, pihaknya mendengar informasi perihal adanya warga Gunungkidul yang menjadi korban dan terkatung-katung di Palu pasca gempa besar dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu. Segera setelah melakukan koordinasi, sejumlah relawan kemudian berangkat ke Palu untuk misi kemanusiaan.

“Kita berhasil menemukan keduanya dan lalu memulangkan Raisa dan Wahida ke Gunungkidul,” kata dia, Sabtu (14/10/2018) kemarin.

Irfan menambahkan, Suryanto, Wahida dan Raisa sebelumnya tinggal di Perumahan Balaroa. Sebagaimana diketahui, perumahan tersebut menjadi kawasan paling parah terdampak gempa dan tsunami. Hampir seluruh bangunan di perumahan itu rata dengan tanah. Tak terhitung jumlah penghuni yang menjadi korban tewas.

Saat kejadian, Raisa tengah berada di dalam rumah bersama Suryanto. Gempa yang berlangsung sangat cepat dan besar membuat keduanya tak kuasa menyelamatkan diri. Almarhum Suryanto dan Raisa tertimbun reruntuhan bangunan rumahnya. Selama beberapa waktu, sejumlah relawan setempat melakukan proses evakuasi dan pencarian di reruntuhan bangunan di perumahan Balaroa, termasuk di rumah Suryanto. Akhirnya, tim serta relawan berhasil menemukan Suryanto. Sang ayah ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia. Sementara Raisa ditemukan tak jauh dari lokasi ayahnya ditemukan dalam keadaan luka parah.

Berita Lainnya  Angka Balita Stunting di Gunungkidul di Angka 18,4%, Begini Kata Pemerintah

“Raisa sempat terjebak di dalam reruntuhan bangunan selama beberapa jam,” papar Irfan.

Raisa, kata Irfan sempat terpisah dengan ibunya selama tiga hari. Wahida baru bisa bertemu dengan putri kesayangannya itu setelah berkeliling ke rumah sakit tempat penampungan korban gempa.

“Karena cedera kakinya sangat berat, akhirnya keluarga setuju mengamputasi kaki kanan Raisa,” imbuh dia.

Sementara itu, adik kandung Suryanto, Heru Lukito mengatakan, bahwa saat mendengar adanya kabar gempa dahsyat mengguncang Palu, pihaknya langsung berusaha menghubungi Suryanto. Namun saat itu jaringan seluler tidak berfungsi dengan baik. Hal tersebut tentunya membuat keluarga dilanda kepanikan.

Tak banyak yang bisa dilakukan oleh keluarga besar almarhum di Gunungkidul. Mereka hanya menunggu informasi yang datang serta dengan tekun membaca maupun melihat berita tentang bencana di Palu dan Donggala untuk mengetahui kabar kerabatnya tersebut

Berita Lainnya  Libur Imlek, Retribusi Wisata Raup Hampir Setengah Miliar

“Awalnya tidak ada firasat buruk, tetapi setelah beberapa waktu, ada saudara yang memberi tahu kalau kakak saya meninggal dunia,” kata Heru.

Saat ini, kata Heru, Raisa dipastikan akan ditinggal selamanya di Padukuhan Mengger. Ia bersama keluarga mengaku akan merawat Raisa sebaik-baiknya.

“Kalau Raisa akan tinggal di sini. Mungkin jika ibunya yang asli sana mau balik untuk sesekali menengok kerabat di sana juga kami perbolehkan,” ucap Heru.

Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler