Sosial
Jejak Gunungkidul Sebagai Lokasi Syuting, Dari Film Terlaris Hingga Hollywood


Wonosari, (pidjar.com)–Kabupaten Gunungkidul tak hanya kaya akan potensi panorama keindahan alamnya kawasan pantainya saja. Namun juga suasana ataupun kondisi pedesaan yang masih asri yang masih banyak terdapat di bumi handayani.
Booming film KKN di Desa Penari yang sempat mengambil lokasi shooting di Gunungkidul, secara tidak langsung juga mengangkat nama Gunungkidul. Asrinya kawasan pedesaan di Gunungkidul sendiri membawa potensi yang cukup besar bagi daerah untuk kemudian dijadikan lokasi-lokasi pembuatan film. Hingga saat ini, tak hanya film-film nasional saja yang mengambil gambar di bumi handayani, namun juga sempat ada film hollywood yang mengambil salah satu scenenya di Gunungkidul.
Secara umum, gambaran latar pedesaan yang pelosok dan rumah-rumah dengan gaya pedesaan memang masih banyak dijumpai di Gunungkidul. Hutan jati, jalan menuju perkampungan yang terjal, serta lokasi perkampungan dengan nuansa sepi sering ditemui.
Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul, Mohammad Arif Aldian, mengatakan promosi desa ataupun desa wisata melalui media perfilman menjadi langkah yang menarik untuk dipertimbangkan. Menurutnya, Kabupaten Gunungkidul cocok sebagai latar tempat pengambilan gambar film dengan berbagai genre.
“Banyak tempat-tempat di Gunungkidul yang berpotensi dalam pembuatan film sesuai dengan tema atau judul film. Beberapa tempat sebelumnya juga sudah menjadi lokasi pembuatan film,” ucap Arif, Sabtu (21/05/2022).


Salah satu lokasi wisata yang pernah dijadikan latar pembuatan film ialah Air Terjun Sri Gethuk yang terletak di Kalurahan Bleberan, Kapanewon Playen. Beberapa tahun lalu Air Terjun Sri Gethuk dijadikan latar syuting film Hollywood yang berjudul Beyond Skyline.
Arif menyampaikan, bekerja sama dengan produsen film untuk mempromosikan desa atau desa wisata di Gunungkidul menjadi metode yang bisa dipertimbangkan. Namun langkah tersebut belum dapat terlaksana pada tahun ini lantaran terkendala anggaran.
“Nanti kita lihat peluangnya, kalau tahun ini Dinas belum ada anggaran untuk itu,” urainya.
Boomingnya film KKN di Desa Penari yang bahkan sampai menyedot lebih dari 7 juta penonton di bioskop-bioskop seluruh Indonesia sendiri bisa menjadi tonggak moncernya kawasan Gunungkidul sebagai lokasi shooting. Film KKN Desa Penari sendiri meski kisahnya berasal dari Jawa Timur, namun memang lokasi yang digunakan untuk syuting film tersebut berada di beberapa wilayah di DIY, masing-masing di kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan Sleman. Salah satu lokasi yang ada di Gunungkidul yaitu Padukuhan Ngluweng, Kalurahan Ngleri, Kapanewon Playen. Dusun tersebut menjadi salah satu tempat yang digunakan sebagai lokasi syuting dalam beberapa adegan di film tersebut.
Dukuh Ngluweng, Istri Rahayu mengatakan, syuting film KKN di Desa Penari sendiri dilaksanakan pada 2019 yang lalu. Di mana crew dan para artis pemeran dalam film tersebut tinggal selama beberapa waktu di desa tersebut untuk menyelesaikan proses syutingnya.
“Kendalanya itu hujan, jadinya syuting molor sampai 1 bulan. Katanya kalau ndak hujan bisa selesai 5 hari atau seminggu,” kata Istri Rahayu.
Istri pun juga tidak mengetahui mengapa wilayahnya yang dipilih menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Hanya saja sebelumnya, rekannya sempat survei ke lokasi yang dijadikan tempat syuting film tersebut. Setelah meminta ijin kepada pihak pemerintah Kalurahan dan ijin pun diberikan, syuting langsung dilaksanakan. Ratusan orang baik crew ataupun pemeran datang ke lokasi syuting film tersebut dengan membawa peralatan lengkap yang digunakan untuk keperluan syuting. Tiga rumah warga termasuk rumahnya sendiri sempat dijadikan basecamp selama syuting berlangsung.
“Waktu syuting itu warga sedang sibuk-sibuknya, barengan dengan musim tanam karena waktu itu musim hujan. Terus banyak hajatan juga, pokoknya komplit sibuknya,” ungkapnya.
Istri mengungkapkan, dalam syuting tersebut, ada 4 rumah warga digunakan sebagai lokasi syuting film KKN Desa Penari. Adapun 4 rumah warga tersebut masing-masing milik Ngadinah, Ngatimin, Marsono, dan Ngadiyo. Namun rumah milik Ngadiyo yang menjadi rumah utama yang digunakan dalam film tersebut. Rumah Ngadinah digunakan sebagai lokasi Pak Prabu menyambut KKN dan menjadi basecamp KKN perempuan. Sedangkan rumah Ngatimin digunakan untuk lokasi basecamp KKN laki-laki.
“Kalau rumah Pak Marsono sendiri untuk adegan yang minum kopi pahit tapi terasa manis itu,” jelasnya.
Adapun rumah Ngadiyo dijadikan sentra utama karena banyak adegan utama yang dilakukan di lokasi tersebut. Seperti saat adegan di mana ada warga mengintip Widya namun yang terlihat malah ular besar. Tempat Bayu melemparkan kepala monyet juga dilakukan di lokasi rumah tersebut. Kemudian juga sebagai tempat saat adegan Bima dan Ayu terbujur kaku meninggal dunia.

-
Kriminal1 minggu yang lalu
Berawal Lempar Kursi ke Pengendara Motor, Pemuda Tenggak Miras Dimassa
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Gelaran Dangdut Berujung Kisruh, 1 Pemuda Tewas Tertembak Senjata Laras Panjang
-
Hukum3 minggu yang lalu
Kronologi Tertembaknya Aldi, Warga Sempat Serbu Polisi Pelaku
-
Pemerintahan13 jam yang lalu
Oknum Perangkat Kalurahan Diduga Kemplang Dana Pajak Ratusan Juta
-
Sosial2 minggu yang lalu
Traktor Bantuan Pemerintah Untuk Petani Gunungkidul
-
Politik3 minggu yang lalu
Politisi Gaek Gunungkidul Banyak Lari ke Tingkat Provinsi, Bakal Caleg Daerah Diisi Wajah Baru
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran Hebat di Girisekar, Rumah Limasan Beserta Isinya Ludes Terbakar
-
Politik3 minggu yang lalu
Support Penuh Yeny Wahid Untuk PSI Gunungkidul
-
Kriminal2 minggu yang lalu
Tukang Kibul Jadi Buron, Korbannya Rugi Rp 250 Juta
-
Hukum3 minggu yang lalu
Dua Pembunuh Perempuan Hamil Diganjar Hukuman Mati
-
Hukum3 minggu yang lalu
Kapolsek Girisubo dan 5 Anggota Turut Diperiksa, Briptu MK Terancam Pecat
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Terjatuh di Lantai 2 Gedung DPRD Gunungkidul Baru, Pekerja Meninggal Dunia