fbpx
Connect with us

Sosial

Memasuki Musim Kemarau, Warga Mulai Beli Air Bersih

Diterbitkan

pada

BDG

Tanjungsari,(pidjar.com)—Kekeringan menjadi permasalahan sosial yang terus berulang. Setiap tahun, sejumlah wilayah di kabupaten Gunungkidul selalu terdampak kekeringan, dimana sumber air yang ada mengering akibat musim kemarau yang terjadi. Masyarakat yang tinggal di kawasan rawan kekeringan pun harus berusaha keras untuk mendapatkan pasokan air bersih yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan lainnya.

Sejak beberapa waktu lalu, Gunungkidul telah memasuki musim kemarau. Sejumlah warga kini telah mulai membeli air bersih yang digunakan untuk mandi , minum dan keperluan lainnya. Warga harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit, mengingat kebutuhan mereka berbeda. Bahkan harga 1 tanki air bersih pun beragam, tergantung dengan dekat atau jauhnya daerah permintaan.

Berita Lainnya  Hama Kresek Menyerang, Para Petani di Patuk Terancam Gagal Panen

Seperti halnya yang diungkapkan oleh Dukuh Bareng Kalurahan Kemiri Kepanewonan Tanjungsari, Winarsih. Hujan sudah tidak datang di wilayah kepanewonan Tanjungsari hampir sebulan lamanya. Sementara sumber air bersih mulai hilang dan tidak bisa dimanfaatkan oleh warga. Alhasil warga terpaksa membeli air untuk memenuhi kebutuhan hariannya.

“Dalam 2 minggu terakhir ini sebagian besar warga sudah membeli air bersih. Satu tangki ukuran 5000 liter warga harus menebusnya dengan harga Rp 150.000 hingga Rp170.000,” ujar Winarsih, Kamis (09/07/2020).

Sebenarnya, di wilayah itu terdapat sumber mata air yang bisa diandalkan oleh masyarakat. Akan tetapi untuk sampai di sumber tersebut, warga harus berjalan cukup jauh. Sebagian warga masih mengandalkan sumber mata air ini meski harus melewati jalan yang agak terjal dan memakan waktu untuk mengambil air yang ada.

Berita Lainnya  Sejumlah Tanki Milik BPBD Alami Kerusakan, Droping Air Tersendat

Akan tetapi sebagian warga yang enggan untuk berjalan jauh dengan resiko yang ada lebih memilih untuk membeli air tanki meski harganya cukup mahal. Namun paling tidak bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan keperluan selama beberapa hari.

“Alhamdulillah kalau ada bantuan. Sekarang kan serba sulit mau beli air rasanya mahal karena tidak ada duit,”kata dia.

Sementara itu, Badan Pennggulangan Bencana Daerah Gunungkidul telah bersiap untuk menghadapi musim kemarau pada 2020 ini. Sejauh ini BPBD Gunungkidul telah menyiakan anggaran sebanyak Rp. 700 juta. BPBD pun saat ini juga telah melakukan pemetaan wilayah yang rawan kekeringan.

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan sejumlah kapanewon. Masing-masing kapanewon telah dimintai data terkait dengan wilayah yang rawan kekeringan. Sampai dengan pekan lalu baru ada 5 kapanewon yang telah menyerahkan data daerah rawan kekeringan.

“Penyaluran air bersih untuk wilayah yang berpotensi kekeringan juga sudah disiapkan, ada sistem berbeda yang diterapkan pada penyaluran kali in dimana kapanewon bisa menggandeng pihak ketiga,” jelasnya.

Sejauh ini, menurut Edy Basuki belum ada Kalurahan yang mengajukan droping air ke pemerintah. Nantinya jika sudah ada permintaan dari Kalurahan maka pemerintah akan segera menindak lanjuti dnegan disalurkannya bantuan air bersih.

Berita Lainnya  Demam Berdarah Mulai Mewabah di Awal Tahun, 7 Orang Warga Dari Wilayah Endemis Jadi Korban

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler