Budaya
Tergeser Nama Inggris dan Arab Yang Dianggap Lebih Keren, Nama-nama Asli Jawa Menunggu Kepunahan






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Perlahan tapi pasti, nama-nama Jawa saat ini semakin jarang ditemui. Bukan tidak mungkin jika suatu saat, nama-nama Jawa yang biasanya berawalan dengan su ataupun yang mengambil dari bahasa Jawa akan punah. Nama-nama Jawa kalah bersaing dengan nama-nama berbau bahasa Inggris atau Arab yang kerap dipilih oleh para orang tua, khususnya yang masih berusia muda.
Pada perkembangan jaman, nama anak-anak di Gunungkidul saja begitu jarang ditemui yang secara keseluruhan berbahasa Jawa. Bahkan pada nama yang disisipi nama Jawa sekarang sangatlah sulit ditemukan. Hal itu lantaran perkembangan sosiologi yang cukup luar biasa di mana para calon orang tua maupun orang tua telah terpengaruh dengan budaya-budaya luar. Pengaruh modernisasi, westernisasi saat ini sangatlah kuat.
Pengaruh televisi juga begitu kuat ternyata. Tak sedikit mereka (orang tua) memberi nama buah hatinya mengikuti nama-nama bintang film, atlet ternama atau bahkan nama unik lainnya. Mereka seolah lupa dengan budaya atau bahasa Jawa, yang sebenarnya kaya akan makna dan arti.
Seperti diungkapkan oleh Ismi, salah seorang kader yang aktif dalam kader posyandu dan pendidikan anak usia dini (PAUD) di Gunungkidul. Ismi mengungkapkan, sejak berapa belas tahun lamanya ini ia berkecimpung di dunia bayi dan anak, lama kelamaan dia semakin jarang mendapati nama anak-anak yang full dengan nama Jawa. Bahkan, baru-baru ini justru nama anak sering kali dikaitkan dengan idola-idola orang tuanya.
Misalnya saja Ronaldo, Daniel maupun beberapa nama barat lainnya. Masyarakat pun sering kali sulit untuk mengucapkan nama-nama yang mulai bergeser pada budaya asing baik barat maupun Arab.







“Ya memang sulit ditemui kalau full Jawa atau hanya sekedar sisipan. Kalau saya pribadi lebih suka Jawa, tapi bukan yang Jawa jaman dulu. Misalnya Arga Wirayudha Pamungkas. Itu kan juga ada Jawanya. Ada kesan tersendiri,” kata Ismi kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Jumat (28/09/2018) siang.
Mulai sulit ditemukannya nama bahasa pada anak-anak juga dibenarkan oleh seorang bidan di wilayah Semanu, Mutia. Dari ratusan anak-anak yang sudah ia tangani, hanya segelintir saja yang menggunakan nama Jawa. Mayoritas sekarang menggunakan bahasa Indonesia atau justru bahasa asing. Namun juga tak jarang Mutia mendapati pasiennya yang memiliki nama unik berbahasa Jawa.
“Sudah sangat jarang ditemukan memang tapi ya ada (nama) yang masih berbahasa Jawa,” tutur Ismi.
Akan tetapi memang tidak sedikit pula pasangan yang justru memiliki kebanggan tersendiri jika membubuhkan nama Jawa pada buah hatinya. Siti Nurhayati, warga Padukuhan Bendorejo, Desa Semanu, Kecamatan Semanu misalnya. Ada ketertarikan tersendiri dengan bahasa Jawa dan nama Jawa. Menurutnya ada kebanggaan dan kesan tersendiri jika nama buah hatinya nanti terdapat sisipan nama Jawa.
“Kebetulan udah siapin nama. Tidak full Jawa memang. Ada gabungan Jawa. Indonesia dan Arab. jadi juga mengikuti perkembangan,” kata Siti Nurhayati.
Ibu muda yang tengah mengandung 8 bulan ini awalnya memang kesulitan dalam mencari referensi nama-nama bayi. Namun meski berniat masih menggunakan sisipan bahasa Jawa untuk nama anaknya, namun ia mengungkapkan bahwa ia tidak berminat untuk memberikan nama yang benar-benar Jawa seperti Bambang, Hartono, ataupun nama dengan awalan “Su” yang memiliki sejuta makna dan pengharapan.
Kasi Bahasa dan Sastra, Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Samta menambahkan, fenomena beralihnya masyarakat dari nama-nama Jawa memang menjadi hal yang di satu sisi sangat memprihatinkan, namun juga bisa dipahami. Masyarakat sekarang ini berada pada kondisi tahapan meniru apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Nama Jawa memang saat sudah begitu jarang terdengar di jaman sekarang. Misalnya ada seorang anak yang namanya menggunakan bahasa Jawa justru seringkali menjadi seolah aneh bagi orang lain. Tak jarang, anak tersebut juga menjadi bahan olokan kawan lainnya.
Sebuah hal yang cukup disayangkan mengingat nama Jawa sendiri memiliki makna yang begitu luar biasa.
“Masyarakat memang lebih kental meniru, padahal tidak sedikit pula mereka yang tidak tahu arti nama itu. Yang terpenting terlihat keren,” kata Samta.
Mengantisipasi punahnya nama-nama Jawa, Sekretaris Dinas Kebudayaan Gunungkidul, pihaknya memiliki wacana untuk membuat buku yang berkaitan dengan nama-nama Jawa. Diharapkan dengan adanya referensi semacam ini, dapat memicu ketertarikan bagi para orang tua untuk kembali membubuhkan nama Jawa pada buah hati mereka. Sehingga tidak kita orang Jawa khususnya Gunungkidul tidak kehilangan budaya yang telah turun temurun.
“Kita ingin budaya tetap lestari,” tutupnya.
-
Olahraga1 minggu yang lalu
Mengenal Demon Pratama, Pemuda Gunungkidul yang Masuk Timnas Bola Pantai Indonesia
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Bupati Copoti Reklame Tak Berizin yang Bertebaran di Gunungkidul
-
Sosial3 minggu yang lalu
Purna Tugas, Mantan Bupati Sunaryanta Pulang dengan Berlari 8 Km
-
Hukum3 minggu yang lalu
TNI dan Satgas PKH: Garda Terdepan dalam Penegakan Hukum Perkebunan Sawit Ilegal
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Endah Soroti Banyaknya Kasus Perselingkuhan yang Melibatkan ASN
-
Hukum3 minggu yang lalu
Terlibat Kasus Pemyimpangan TKD Sampang, Dirut Perusahaan Tambang Resmi Ditahan
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Seorang Penambang Batu Meninggal Usai Tertimpa Runtuhan Batu Besar
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
MBG di Gunungkidul Tetap Berjalan Selama Ramadhan, Berikut Menu yang Akan Dibagikan
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Sejumlah Siswa SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Gunungkidul Lolos SNBP
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Tren Takbir Keliling Gunakan Sound System, Ini Strategi Pemkab, FKUB dan Polisi
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
Tebing di Tanjakan Clongop Longsor, Akses Jalan Ditutul Total
-
film3 minggu yang lalu
Film horor “Singsot: Siulan Kematian”, Bawa Petaka saat Magrib