Sosial
Geliat Industri Coklat di Gunungkidul Yang Terkenal Unggul
Wonosari,(pidjar.com)–Selain dikenal dengan daerah hasil produksi pertanian yang unggul dan pariwisata yang tengah berkembang pesat, Gunungkidul juga memiliki berbagai potensi yang luar biasa di bidang perkebunan. Salah satu komoditas yang menjadi unggulan dan mampu bersaing hingga pasaran internasional adalah Kakao. Beberapa wilayah telah berusaha mengembangkan sayap usaha dalam produksi kakao dan olahannya.
Potensi pasar kakao sendiri memang cukup luas. Sebagai bahan utama pembuatan coklat yang telah dikenal secara global, hal ini menjadi peluang yang sangat besar untuk pengembangan ke depan.
Menyadari potensi unggulan yang ada, salah satu komunitas pemerhati kakao di Gunungkidul, Cokelat Journey Gunungkidul membuat terobosan dengan menggelar promosi besar-besaran terkait produk kakao dan olahannya asli Gunungkidul. Hal ini dilakukan karena meski di lingkup nasional dan internasional kakao ataupun olahan cokelat Gunungkidul sudah mampu bersaing, di sisi lain masyarakat lokal sendiri belum begitu mengenal olahan daerah ini.
“Promosi di lokal masih kurang. Sehingga berdampak pada kurang mengenalnya masyarakat Gunungkidul pada produk lokal. Kondisi ini yang membuat kami dengan nekat membuat acara Festival Cokelat Gunungkidul,” kata salah satu penggagas acara, Yusuf Harfi, Minggu (30/09/2018) kemarin di sela-sela acara.
Festival ini diperuntukkan bagi para pelaku usaha cokelat dan petani dalam memamerkan dan mempromosikan keunggulan dari hasil produksi masing-masing. Selain itu, ajang ini juga diharapkan menjadi ajang tukar ilmu dari para pegiat industry kakao. Sehingga nantinya masyarakat memiliki pengetahuan yang luas, dan beralih mengkonsumsi coklat lokal dibandingkan dengan coklat-coklat lainnya.
Yusuf memaparkan, antusiasme para penggemar maupun pegiat coklat memang sangat tinggi. Puluhan stand yang disediakan penuh oleh pelaku usaha. Tak hanya itu ratusan pengunjung juga berjubel untuk sekedar menonton atau bahkan mencicipi coklat olahan Gunungkidul.
“Ada semacam talkshow juga, Kami hadirkan pelaku usaha sukses di bidang cokelat putra Gunungkidul. Semacam pembekalan dan menularkan pengetahuan,” imbuh dia.
Kegiatan ini pun juga disambut baik oleh Bupati Gunungkidul. Dalam kesempatan ini, Hj. Badingah, S.Sos yang turut hadir untuk memberi dukungan dan ikut terlibat dalam promosi. Menurut Badingah dalam sambutan singkatnya, kualitas cokelat Gunungkidul memang sejak beberapa tahun belakangan ini telah diakui. Bahkan ada pula beberapa waktu lalu, coklat dari Gunungkidul digunakan sebagai bahan pengobatan.
“Pemerintah sangat mendukung para pegiat usaha kakao dan coklat agar terus mengembangkan diri,” tandas Badingah.
Sementara itu, Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Budi Sudartanto mengatakan, dibandingkan dengan kakao dan olahan cokelat dari daerah lain, produksi Gunungkidul memang lebih unggul. Letak geografis dan keuletan para petani juga sangatlah mempengaruhi kualitas hasil produksi yang dihasilkan. Sementara ini, lebih dari 700 hektare lahan di Gunungkidul digunakan untuk budidaya kakao.
“Ya setiap tahunnya memang terus bertambah luasan lahannya. Tingkat produksinya juga bertambah terus. Memang baik kakao fermentasi maupun olahan kita unggul dari daerah lain, sudah ada riset mengenai hal ini,” ucap Budo Sudatanto.
Lebih lanjut ia mengatakan, beberapa produksi kakao di Gunungkidul dijual dengan harga yang cukup tinggi. Jika di daerah lain mengacu pada dollar atau harga pasaran di dunia, khusus wilayah Gunungkidul yang memiliki kualitas baik harganya tetap stabil. Jika dipasaran hanya Rp 27.000 sampai Rp 30.000 per kilogramnya, di Gunungkidul dengan kualitas yang baik mampu tembus hingga 40.000 per kilogram.
“Dari situ kan sudah terbukti kalau kualitas dari kita tidak diragukan lagi oleh konsumen. Jangankan yang fermentasi, olahan pun juga sampai ratusan ribu. Petani dan pengusaha kita dorong untuk meningkatkan atau mempertahankan kualitas,” tambah dia.
Sejauh ini, wilayah Patuk masih mendominasi mayoritas petani kakao dan pengusaha cokelat. Kemudian disusul dari wilayah Kecamatan Ponjong dan Karangmojo. Setiap tahunnya, pemerintah selalu memiliki program dimana terus dilakukan perluasan lahan. Baru-baru ini, perluasan lahan merambah ke Kecamatan Nglipar dan Desa Banaran, Kecamatan Playen.
“Ada bantuan bibit dari pemerintah pusat untuk 50 hektare lahan, 20 hektare dari pemerintah daerah dan bibit untuk 25 hektare dari provinsi,” terang Budi.
Ia berharap, dengan berkembangnya industri kakao dan olahannya ini akan memacu geliat perekonomian di masyarakat. Bermunculannya rumah produksi kakao dan cokelat olahan tentu akan semakin banyak membuka peluang lowongan pekerjaan di Gunungkidul.
-
Politik2 hari yang lalu
Sutradara TV Swasta Masuk Deretan Nama Bursa Pilkada Gunungkidul
-
Politik3 minggu yang lalu
Mandat PAN Turun, Mahmud Ardi Widanta Kembali Maju di Pilkada Gunungkidul
-
Peristiwa6 hari yang lalu
Kecelakaan Hebat di Jalan Baron, Dua Orang Tak Sadarkan Diri
-
Pariwisata4 minggu yang lalu
Menjelajahi Sejumlah Wisata Ekstrem di Kabupaten Gunungkidul yang Patut Dicoba
-
Pariwisata1 minggu yang lalu
Drini Park, Destinasi Wisata Anyar Yang Suguhkan Keindahan Kawasan Pesisir Selatan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Lantik 5 Pejabat Pimpinan dan Rotasi Puluhan Pegawai
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Mesum di Sekolah, Dua Guru SD Dipecat
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Dua Kendaraan Terlibat Kecelakaan di Jalan Jogja-Wonosari
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Tenggelam di Sungai Oya, Pelajar Ditemukan Meninggal Dunia
-
Sosial2 minggu yang lalu
Jamaah Masjid Aolia Gunungkidul Lebaran Hari Ini
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Sunaryanta Gelar Pertemuan dengan Petinggi Gerindra, Bahas Pilkada ?
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puncak Arus Mudik Diperkirakan 9 April, Sejumlah Jalur Alternatif Disiapkan