fbpx
Connect with us

Sosial

Meski Tak Meriah, Warga Pesisir Tetap Gelar Sedekah Laut

Diterbitkan

pada

BDG

Tanjungsari,(pidjar.com)–Setiap menjelang pergantian tahun baru Islam, atau 1 Suro warga di kawasan pesisir selatan tepatnya Kalurahan Kemadang, Kapanewon Tanjungsari selalu menggelar upacara adat sedekah laut. Pada tahun sebelumnya, upacara selalu meriah dengan melabuh sejumlah sesaji gunungan sebagai wujud syukur. Namun pada tahun ini dikemas jauh dari kesan meriah.

Masih dalam upaya pencegahan penularan covid-19, upacara sedekah laut digelar di Pantai Kukup, Rabu (19/08/2020) dengan konsep yang sederhana. Jika tahun 2019 lalu, ada delapan gunungan yang dilarung, tahun ini hanya ada satu. Tumpeng nasi, buah, kelapa hijau, ingkung ayam utuh dan anekaragam pacitan (camilan), pohon asam hidup yang cukup kecil dan kembang tujuh rupa tertata di sebuah kotak yang mirip dengan miniatur rumah.

Berita Lainnya  Lestarikan Tradisi Jumat Kliwonan, Nelayan Sadeng Libut Melaut

Warga yang hendak menghantarkan gunungan menuju bibir pantai menggunakan busana jawa lengkap. Dengan diatur jarak sekitar semeter dan menggunakan masker, mereka berjejeran di sisi utara lokasi parkir pantai. Sebelum diarak, sesaji didoakan terlebih dahulu. Begodo yang mengiring yang biasanya belasan personil hanya empat personil.

Memang ini wujud rasa syukur kami, meskipun di tengah pandemi, masih ada kesempatan mendalatkan hasil laut yang berlimpah,” ucap salah satu tokoh masyarakat Pantai Kukup, Muji seusai acara.

Ia menyebut, upacara adat sedekah laut yang biasanya meriah dan disediakan hiburan, tahun ini memang hanya melibatkan 16 orang warga lokal. Sehingga acara ini tetap sakral dan terhindar dari kerumunan.

Berita Lainnya  Filosofi Pisang Jadi Inspirasi Warga Jelok Kembangkan Batik Sinuwun

Memang kami masih dalam rangka mencegah penyebaran virus corona,” kata dia.

Menurutnya, acara tradisi satu suro yang akan jatuh pada Kamis esok dengan sedekah laut ini tidak bisa ditinggalkan. Di tengah pandemi ini, warga sebenarnya sempat dilema.

Di sisi lain ini wujud syukur, tradisi kita tapi di sisi lain kok takut ada kerumunan,” imbuh Muji.

Hingga akhirnya, warga memutuskan hanya membawa satu gunungan dan diarak ke bibir Pantai Kukup. Meskipun sederhana namun nuansa sakral sangat terasa

Sesampainya di bibir laut, pemangku adat setempat kemudian menyalakan obor yang diberi kemenyan. Iring-iringan pembawa gunungan kemudian menundukkan kepala. Mereka berdoa sebelum melarung gunungan yang sudah disiapkan.

Berita Lainnya  Status Kawin Ratusan Ribu Penduduk Gunungkidul Belum Tercatat Oleh Negara

Dalam sedekah laut ini, terselip harapan kondisi segera pulih, sehingga masyarakat disini ekonominya segera membaik,” tutup Muji.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler