fbpx
Connect with us

Pendidikan

Rotasi Guru Diharapkan Memberi Nuansa Baru dalam Warna Pendidikan

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar.com)–Wacana Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengenai rotasi guru diharapkan mampu memberikan suasana berbeda dalam kegiatan pembelajaran. Sebab, dengan adanya rotasi guru, siswa dapat merasakan gaya belajar yang berbeda sesuai karakter tenaga pendidik.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bahron Rosyid, mengatakan jika surat resmi atau aturan resmi untuk mengatur rotasi guru belum keluar. Sehingga pihak daerah saat ini belum mengetahui bagaimana mekanisme rotasi.

Namun begitu, menurut Bahron dengan adanya rotasi guru dapat memperkaya gaya belajar mengajar di suatu sekolah. Sebab untuk kwalitas sendiri, tenaga pengajar di Gunungkidul telah memiliki standar kualitas yang sama.

“Secara kualitas guru di Gunungkidul sama tetapi gaya mengajar tiap guru, kan, tetap berbeda. Sehingga dengan adanya pertukaran dapat memperkaya gaya mengajar di suatu sekolah,” katanya, Senin (29/07/2019).

Bahron menyampaikan jika aturan resmi terkait dengan rotasi guru sudah keluar pihaknya mengaku siap untuk menjalankan aturan rotasi tersebut. Sehingga saat ini dirinya pun belum bisa menyampaikan teknis zonasi yang nantinya bakal diterapkan.

Berita Lainnya  Prihatin Sekolah Tak Kunjung Dibuka, Pengurus Perpus dan Karang Taruna Kalurahan Ngawu Bantu Bimbing Pelajat Secara Gratis

“Aturan zonasi guru pun belum final, tetapi zonasi guru dengan zonasi siswa itu berbeda. Kalau zonasi siswa itu mendekatkan siswa ke sekooah tetapi zonasi guru itu tidak mendekatkan guru ke sekolah tetapi, bagaimana dalam satu zona terdapat kompetensi guru yang relatif sama,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) 3 Patuk, Dalno Legowo mengungkapkan rotasi guru tersebut kemungkinan digunakan untuk menambah jam mengajar guru yang kekurangan jam mengajar di suatu sekolah. Sehingga dirinya pun tidak mempermasalahkan adanya wacana rotasi tersebut.

“Saya pikir hal tersebut tidak masalah, kemungkinan wacana tidak hanya guru saja tetapi juga sarana prasana misalkan sekolah tertentu memiliki laboratorium tertentu nanti siswa bisa belajar ke sekolah yang memiliki lab itu,” katanya.

Sebelum adanya wacana tersebut ia pernah berkelakar dengan sesama kepala sekolah untuk menantang guru-guru yang ada di kota untuk mengajar di sekolah pinggiran. Sehingga nantinya akan ada tantangan bagi para guru itu sendiri.

“Apakah guru yang kengajar di sekolah favorit apakah bisa merubah keadaan di sekolah pinggiran, artinya itu bukan guru tetapi input siswa karena siswa-siswa yang ada di kota kebanyakan mereka mau untuk ikut les kalau siswa di sekolah pinggiran les gratis saja tidak berangkat,” ujarnya. (kelvian)

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler