Peristiwa
Suara Gemuruh Iringi Habisnya Air di Luweng Blimbing Serpeng Hanya Dalam Waktu 2 Jam






Semanu,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Fenomena keanehan yang muncul pasca hujan deras yang melanda Gunungkidul dalam beberapa waktu terakhir ini mulai bermunculan. Di Luweng Blimbing di Padukuhan Serpeng Wetan, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, warga setempat dikejutkan dengan raibnya air yang biasanya memenuhi luweng tersebut pada musim penghujan. Yang cukup menjadi bahan perbincangan, surutnya air di luweng seluas ratusan meter dengan kedalaman 60 meter tersebut terjadi sangat cepat dan sebelumnya diiringi dengan suara gemuruh yang cukup keras dari dasar luweng.
Salah seorang warga setempat, Suharto mengungkapkan bahwa Luweng Blimbing selama kurang lebih 2 bulan terakhir sejak November 2017 lalu dipenuhi air. Namun pada Minggu (20/01/2018) siang kemarin, ketika ia sedang memanen kacang di ladang tak jauh dari luweng tersebut, ia mendengar suara gemuruh keras. Saat didekati, ia terkaget-kaget setelah mendapati air luweng surut dengan cepat.
“Suaranya keras sekali, seperti gempa bumi, saya sampai ketakutan,” ucap Suharto, Senin (22/01/2018) siang.
Dengan mata telanjang, ia bisa mengamati surutnya air dengan cepat. Air masuk ke lubang di luweng. Suara gemuruh sendiri dimulai sekitar pukul 14.00 WIB. Hanya dalam waktu 2 jam, yaitu sekitar pukul 16.00 WIB, air di luweng langsung habis tak tersisa.
Dari pengamatan lubang dengan diameter sekitar 300 meter dengan kedalaman kurang lebih 60 meter memang tidak ada airnya. Namun suara air jatuh kedalam tanah terdengar jelas dari permukaan luweng. Dipinggir luweng juga terdapat gugusan tanah longsor baru.







“Di sisi timur mengalami longsor dan mengakibatkan luweng ini melebar,” katanya.
Kepala Desa Pacarejo, Suhadi mengatakan, pihaknya sudah menghimbau warga sekitar dan juga pengelola wisata untuk berhati-hati ketika beraktifitas di sekitar lokasi pasca peristiwa misterius tersebut. Sebab, tidak ada pengaman yang permanen. Hanya seutas tali dan garis polisi pada sisi barat yang terpasang sejak November 2018 silam.
“Tempatnya saat ini sangat rawan," jelasnya.
Terkait dengan peristiwa tersebut, ia telah melapor ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul. Pihaknya berharap agar segera ada tindak lanjut dari pemerintah agar jika memang area tersebut berbahaya bisa segera dilakukan langkah-langkah antisipasi. Penelitian terkait fenomena ini dari tenaga ahli disebutnya sangat penting karena hingga saat ini masyarakat sama sekali tidak mengetahui penyebab pasti dari peristiwa ini.
“Sebenarnya untuk penelitian sudah kami minta sejak awal luweng terisi penuh pada November lalu. Kalau dari desa jelas tidak ada dana untuk melakukan penelitian,” urai Suhadi.
-
Olahraga1 minggu yang lalu
Mengenal Demon Pratama, Pemuda Gunungkidul yang Masuk Timnas Bola Pantai Indonesia
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Bupati Copoti Reklame Tak Berizin yang Bertebaran di Gunungkidul
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Sejumlah Siswa SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Gunungkidul Lolos SNBP
-
Hukum3 minggu yang lalu
TNI dan Satgas PKH: Garda Terdepan dalam Penegakan Hukum Perkebunan Sawit Ilegal
-
Sosial4 minggu yang lalu
Purna Tugas, Mantan Bupati Sunaryanta Pulang dengan Berlari 8 Km
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Endah Soroti Banyaknya Kasus Perselingkuhan yang Melibatkan ASN
-
Hukum3 minggu yang lalu
Terlibat Kasus Pemyimpangan TKD Sampang, Dirut Perusahaan Tambang Resmi Ditahan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
MBG di Gunungkidul Tetap Berjalan Selama Ramadhan, Berikut Menu yang Akan Dibagikan
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Seorang Penambang Batu Meninggal Usai Tertimpa Runtuhan Batu Besar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Tren Takbir Keliling Gunakan Sound System, Ini Strategi Pemkab, FKUB dan Polisi
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Tebing di Tanjakan Clongop Longsor, Akses Jalan Ditutul Total
-
film3 minggu yang lalu
Film horor “Singsot: Siulan Kematian”, Bawa Petaka saat Magrib