fbpx
Connect with us

Peristiwa

Suara Gemuruh Iringi Habisnya Air di Luweng Blimbing Serpeng Hanya Dalam Waktu 2 Jam

Diterbitkan

pada

BDG

Semanu,(pidjar.com)–Fenomena keanehan yang muncul pasca hujan deras yang melanda Gunungkidul dalam beberapa waktu terakhir ini mulai bermunculan. Di Luweng Blimbing di Padukuhan Serpeng Wetan, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, warga setempat dikejutkan dengan raibnya air yang biasanya memenuhi luweng tersebut pada musim penghujan. Yang cukup menjadi bahan perbincangan, surutnya air di luweng seluas ratusan meter dengan kedalaman 60 meter tersebut terjadi sangat cepat dan sebelumnya diiringi dengan suara gemuruh yang cukup keras dari dasar luweng.

Salah seorang warga setempat, Suharto mengungkapkan bahwa Luweng Blimbing selama kurang lebih 2 bulan terakhir sejak November 2017 lalu dipenuhi air. Namun pada Minggu (20/01/2018) siang kemarin, ketika ia sedang memanen kacang di ladang tak jauh dari luweng tersebut, ia mendengar suara gemuruh keras. Saat didekati, ia terkaget-kaget setelah mendapati air luweng surut dengan cepat.

Berita Lainnya  Dampak Kekeringan Meluas, Ribuan Hektare Lahan Pertanian Gagal Panen, Gedangsari Jadi yang Terparah

“Suaranya keras sekali, seperti gempa bumi, saya sampai ketakutan,” ucap Suharto, Senin (22/01/2018) siang.

Dengan mata telanjang, ia bisa mengamati surutnya air dengan cepat. Air masuk ke lubang di luweng. Suara gemuruh sendiri dimulai sekitar pukul 14.00 WIB. Hanya dalam waktu 2 jam, yaitu sekitar pukul 16.00 WIB, air di luweng langsung habis tak tersisa.

Dari pengamatan lubang dengan diameter sekitar 300 meter dengan kedalaman kurang lebih 60 meter memang tidak ada airnya. Namun suara air jatuh kedalam tanah terdengar jelas dari permukaan luweng. Dipinggir luweng juga terdapat gugusan tanah longsor baru.

“Di sisi timur mengalami longsor dan mengakibatkan luweng ini melebar,” katanya.

Berita Lainnya  Ada Tambahan 7 Kasus Positif, Dinas Minta Masyarakat Tidak Panik

Kepala Desa Pacarejo, Suhadi mengatakan, pihaknya sudah menghimbau warga sekitar dan juga pengelola wisata untuk berhati-hati ketika beraktifitas di sekitar lokasi pasca peristiwa misterius tersebut. Sebab, tidak ada pengaman yang permanen. Hanya seutas tali dan garis polisi pada sisi barat yang terpasang sejak November 2018 silam.

“Tempatnya saat ini sangat rawan," jelasnya.

Terkait dengan peristiwa tersebut, ia telah melapor ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul. Pihaknya berharap agar segera ada tindak lanjut dari pemerintah agar jika memang area tersebut berbahaya bisa segera dilakukan langkah-langkah antisipasi. Penelitian terkait fenomena ini dari tenaga ahli disebutnya sangat penting karena hingga saat ini masyarakat sama sekali tidak mengetahui penyebab pasti dari peristiwa ini.

“Sebenarnya untuk penelitian sudah kami minta sejak awal luweng terisi penuh pada November lalu. Kalau dari desa jelas tidak ada dana untuk melakukan penelitian,” urai Suhadi.

Berita Lainnya  Dua Rombongan Wisatawan Terlibat Perkelahian di JJLS, Puluhan Remaja Digelandang Polisi

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler