fbpx
Connect with us

Sosial

Balai Budaya Bedoyo, Asa Masyarakat Pegiat Seni Lestarikan Budaya Tradisional

Diterbitkan

pada

BDG

Ponjong,(pidjar.com)–Dewasa ini generasi milenial lebih mengarah pada modernisasi sehingga banyak sekali yang lupa akan seni, budaya, dan tradisi yang dimiliki. Mereka seolah enggan hanya untuk sekedar mengenal seni atau budaya yang dimiliki masyarakat karena terkesan kuno. Padahal pelestarian seni dan budaya harus tetap berjalan seiring berkembangnya jaman. Beruntung saat ini masih cukup banyak pelaku kesenian yang terus berusaha melakukan pendekatan pada anak-anak untuk lebih mencintai seni dan budaya yang dimiliki.

Salah seorang tokoh pemuda di Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Emanuel Apriyanto Purnawisaya mengungkapkan, di jaman yang serba digital dan mengalami kemajuan yang sangat pesat, ia menyadari minat masyarakat umum maupun anak-anak dalam mengenal, mempelajari, hingga mau melestarikan kesenia tradisional dan budaya yang dimiliki sangatlah minim. Kesadaran ini lah yang saat ini harus dipupuk agar nantinya apa yang dimiliki tidak lah punah dan dapat terus diketahui serta dapat dinikamati oleh generasi penerus.

Di Desa Bedoyo dan wilayah Kecamatan Ponjong misalnya, potensi kesenian dan budaya yang dimiliki sangatlah beragam. Akan tetapi untuk menggandeng generasi muda maupun masyarakat untuk melestarikan hal ini masih agak sulit. Berbagai upaya terus dilakukan, untuk sekarang memang sudah ada perubahan meski belumlah sebegitu signifikan. Misalnya saja untuk pelestarian kesenian tarian, mainan tradisonal dan lainnya masih harus ada dukungan penuh dari banyak kalangan.

Berita Lainnya  Jadi Wilayah Langganan Kekeringan, Polda DIY Tanam Ratusan Pohon dan Bangun Sumur Bor di Mertelu

“Kalau di sini (Bedoyo dan Ponjong) memang ada pergeseran minat kaum muda. Namun gencarnya ajakan pada mereka pada akhirnya mampu merubah pemikiran, kita harus sadar bagaimana untuk tetap melestarikan budaya yang dimiliki,” ucap Emanuel, saat ditemui.

Menurutnya, memang harus ada imbal balik yang baik dalam melestarikan budaya yang dimiliki. Di Bedoyo sendiri misalnya, telah terdapat sebuah Balai Budaya yang dapat digunakan masyarakat untuk mempusatkan segala aktifitas yang berkaitan dengan seni dan budaya. Selain itu, sekitar 3 tahun terakhir telah ada sebuah sanggar Kayu Arum sebagai wadah para pelaku seni untuk mengenalkan pada anak-anak mengenai potensi yang dimiliki.

Beberapa tahun ini Sanggar Kayu Arum berjalan baik. Masyarakat setempat telah dapat memanfaatkan dan mulai menggali potensi yang dimiliki dengan baik, entah dari segi tarian atau seni dan budaya lain yang dimiliki. Tak jarang masyarakat juga mengadopsi seni lain yang sekiranya cocok dan dapat diterapkan. Generasai milenial menjadi bidikan sanggar ini, agar generasi penerus dapat dengan baik melestarikan budaya dan seni yang dimiliki.

Sehingga pemahaman budaya mereka tidaklah luntur kemudian juga tidak begitu terpengaruh dengan perkembangan teknologi dan jaman yang semakin canggih. Mengingat kondisi sekarang ini anak-anak maupun kaum dewasa justru disibukkan dengan media sosial dan gawai mereka masing-masing, tanpa menengok potensi yang dimiliki.

Berita Lainnya  Prihatin Kekeringan Meluas, Alumni Ekamas 97 Gelontor Puluhan Tangki Air

“Sejauh ini kalau untuk minat untuk melestarikan budaya yang dimiliki masih bisa kami pupuk. Tapi kalau kaitannya dengan pendanaan atau pemenuhan fasilitas masih minim sekali, bantuan itu sebenarnya sangat kami butuhkan. Tentu segala yang dilakukan tidak lepas dari pendanaan,” imbuh dia.

Di Bedoyo terdapat beragam potensi yang dapat dikembangkan dan kemampuannya dapat bersaing dengan daerah lain. Misalnya pelaku campursari, gedruk, reog, tari-tarian, terbangan dan beragam seni dan budaya lain yang saat ini tengah digenjot oleh kelompok agar eksistentinya lebih baik kembali.

Sementara itu, Ketua DPC PDIP Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih mengungkapkan dukungan penuhnya terkait upaya pelestarian budaya yang digagas oleh sejumlah seniman. Ia memaparkan bahwa memang ada kekhawatiran tersendiri dengan perkembangan jaman yang semakin canggih dan maju ini berdampak sangat besar terhadap regenerasi pelaku pelestari seni. Merasa khawatir dan membaca kondisi sekarang ini, Ketua DPC PDIP ini berusaha mrnggandeng masyarakat, kelompok, dan pelaku pelestari budaya dan seni untuk lebih gigih kembali dalam melestarikan dan bahkan mengembangkan potensi kesenian.

“Kami upayakan potensi yang dimiliki di setiap daerah harus ditonjolkan. Seni, budaya dan tradisi bagi saya merupakan kekayaan harus dijaga dan dilestarikan. Jangan sampai lengah sehingga justru dicaplok daerah atau negara lain,” kata Endah Subekti Kuntariningsih.

Adapun untuk tetap melestarikan seni dan budaya yang dimiliki, Endah mengaku telah membentuk sejumlah sanggar binaan Srikandi Kenteng di beberapa daerah. Ini sebagai bentuk upayanya untuk ikut andil dalam pelestarian budaya. Agar generasi yang akan datang juga mengenal budaya dan seni yang dimiliki.

Berita Lainnya  Sholat Ied Berjamaah di Gedangrejo, Panitia Terapkan Protokol Ketat

Beberapa pekan terakhir, puluhan sanggar binaanya akan menampilkan perfoma di masyarakat sebagai pengenalan budaya dan seni. Misalnya pada hari Rabu (06/03/2019) siang kemarin, beberapa sanggar binaannya di Desa Genjahan, Bedoyo dan Karangasem menampilkan potensi mereka sebagai bentuk sosialisasi pada masyarskat jika desa memiliki potensi kuar biasa.

“Jangan sampai sudah ada sanggar tapi tidak ada action itu sama saja hanya jalan ditempat. Tampil di depan umum sangatlah dibutuhkan, agar ada kritikan, mengasah kemampuan dan keberanian,” imbuhnya.

Dukungan semua lini dalam pelestarian budaya sangatlah dibutuhkan. Mulai dari imbal balik baik stimulan, ruang untuk menampilkan potensi mereka hingga adanya pemenuhan fasilitas sarana prasarana. Pihaknya berupaya memberikan apa yang di aspirasikan oleh masyarakat ini, agar budaya di Gunungkidul jauh lebih eksis dan baik.

Terlebih bumi handayani dicanangkan sebagai daerah tujuan wisata. Selain obyek wisata, seni dan budaya juga harus disuguhkan srbagai atraksi penghibur wisatawan yang masuk. Konsep pengembangan layaknya di daerah-daerah yang berbudaya tentu bisa menjadi referensi tersendiri.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler