fbpx
Connect with us

Pariwisata

Goa Cokro, Dulu Terkenal Angker Jadi Lokasi Bunuh Diri dan Buang Pusaka, Kini Jadi Goa Dengan Koleksi Bebatuan Alam Terlengkap

Diterbitkan

pada

BDG

Ponjong,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Goa Cokro, nama goa yang terletak di Padukuhan Blimbing, Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong tersebut mungkin masih asing bagi kalangan penikmat wisata. Goa berjenis vertikal ini pada masa lalu, dikenal oleh masyarakat setempat sebagai lokasi bunuh diri dan lokasi pembuangan benda pusaka. Tak heran jika bagi warga, Goa ini masyur akan keangkerannya.

Namun bagi para penggemar wisata minat khusus serta para peneliti geoasite, Goa ini adalah surga. Goa Cokro memiliki karakteristik dan jenis batuan yang sangat kumplit. Bahkan banyak pihak menilai, bebatuan dan panorama perut bumi di Goa Cokro lebih lengkap dan lebih indah dibandingkan dengan kawasan Goa Jomblang di Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu yang telah sebelumnya terkenal.

Untuk masuk ke Goa Cokro sendiri memang membutuhkan nyali yang tinggi. Karena untuk masuk ke dalam gua harus menggunakan tali, dengan menuruni kedalam yang mencapai 18 meter. Lubang gua vertikal yang memiliki diameter 1 meter dengan panjang 1,5 meter mirip sumur. Sebelum masuk gua, pengelola melakukan brefing kepada pengunjung tentang apa saja yang perlu diikuti saat masuk ke dalam gua.

Setelah selesai pengunjung diarahkan mengenakan wearpack khusus, helm dan sepatu. Setelah semua selesai, maka pengunjung diajak masuk, di mulut gua di mana sudah menunggu dua orang pemandu. Yang satu memasang karabiner, dan yang lain menyiapkan tali. Setelah semua siap, pengunjung diturunkan perlahan-lahan menggunakan tali itu. Ketika turun itulah pengunjung bisa merasakan sensasi tersendiri.

Saat cuaca cerah dan di waktu yang tepat pada siang hari, maka saat masuk akan disambut cahaya sinar matahari yang masuk dari lubang lainnya berada 50 meter dari lubang masuk atau sering disebut cahaya surga. Dinding gua yang terpahat alami dari air yang menetes membawa sensasi tersendiri, dimana ukiran mineral di batuan karst. Setelah seluruh rombongan masuk ke dalam gua, maka pengunjung diajak menyusuri masuk ke dalam. Pertama masuk ke arah kanan, dengan menyusuri tanah becek, dan ruangan gelap, dengan udara dingin pengunjung diajak menyusuri perut bumi.

Memang menurut Ketua Pokdarwis Goa Cokro, Purwanto, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pengunjung ketika menyusuri Goa Cokro. Seperti misalnya para pengunjung harus melewati jalan pinggir ketika menyusuri Goa. Hal ini bukan tanpa alasan mengingat hal ini menyangkut keselamatan.

Berita Lainnya  Tingkatkan Kualitas SDM Pariwisata, Badan Otorita Borobudur Beri Pelatihan Hospitality

“Dikhawatirkan ada batu stalaktit yang jatuh dari atas,” beber Purwanto.

Tak butuh waktu lama untuk bisa berdecak kagum ketika menyusuri Goa Cokro, hanya beberapa meter dari lubang masuk, pengunjung bisa langsung menikmati ukiran alami bebatuan karst yang berbentuk seperti kepala singa. Begitu masuk lebih dalam lagi, hamparan stalaktit dan stalakmit alami nan indah langsung bisa menjadi sajian berikutnya.

Penelusuran tersebut akan mencapai puncaknya ketika pengunjung sampai ke lokasi yang dinamakan kamar pengantin. Di lokasi ini, yang menjadi hutan stalaktit dan stalakmit, bisa ditemukan berbagai bentuk bebatuan yang terbentuk secara alami dalam waktu yang sangat lama.

“Kekumplitan jenis bebatuan memang menjadi keunggulan Goa Cokro dibandingkan dengan goa-goa lainnya,” beber dia.

Berita Lainnya  Halau Serbuan Wisatawan, Area Penyekatan Jalur Wisata Diperluas

Untuk bisa masuk ke kawasan goa yang telah dikembangkan masyarakat setempat sebagai obyek wisata sejak 2010 lalu ini, pengunjung tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Cukup membayar Rp100.000 per orang, wisatawan bisa mendapatkan pelayanan untuk masuk ke dalam goa menggunakan peralatan yang memadai dan menjamin keselamatan. Namun menurut Purwanto, pihaknya hanya melayani rombongan per 10 pengunjung.

Terkait pemasaran, pihaknya tidak ingin terlalu mengkomersilkan goa. Pengembangan berdasarkan pelestarian alam sangat dijaga. Untuk itu, demi keamanan, maksimal hanya ada 10 orang pengunjung yang diperbolehkan masuk per sesi.

“Kita juga tidak ingin terlalu banyak dikunjungi karena berpotensi malah justru merusak. Kita batasi per hari maksimal hanya 20 pengunjung yang terbagi menjadi 2 sesi,” beber dia.

Meski tak terlalu dikenal masyarakat umum, akan tetapi keindahan Goa Cokro justru telah membahana sampai ke luar negeri. Tercatat wisatawan dan peneliti dari Korea Selatan, Amerika Serikat, Belanda dan bahkan Brazil telah berdatangan ke obyek wisata ini.

Ke depan, ia berharap nantinya ada bantuan dari pemerintah dalam mengembangkan obyek wisata minat khusus ini. Ia mengakui masih banyak sekali pekerjaan rumah yang harus ia perhatikan terutama terkait fasilitas yang harus mendapatkan perhatian lebih. Diantaranya adalah akses jalan yang saat ini masih sangat buruk, kemudian fasilitas seperti lokasi parkir, toilet umum.

Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi yang juga pernah masuk ke Goa Cokro mengungkapkan kekagumannya dengan keindahan serta kelengkapan struktur batuan di Goa Cokro. Ia melihat bahwa jika dikembangkan, Goa Cokro bisa menjadi obyek wisata minat khusus serta lokasi penelitian yang bisa terkenal di seantero dunia. Meski begitu, Immawan tetap berpesan agar pengelola bisa turut menjaga obyek wisata ini dari kerusakan.

Berita Lainnya  Pantai Gesing, Surga Bagi Para Pemburu Ikan dan Pecinta Pesona Alam

"Gua ini sebagai salah salah satu destinasi konservasi, artinya yang datang dibatasi, dan harus sesuai protap. Yang tak kalah penting harus siap lahir dan batin. Lahir itu mengikuti protap seperti menggunakan pakaian, dan batin tidak merusak gua. Sebab, jika rusak terbentuknya lama hingga ratusan tahun, itupun jika masih diberikan kesempatan memperolehnya lagi,' katanya.

Sebagai salah satu dari 13 geosite Gunung Sewu Unesco Gobal Geopark yang ada di Gunungkidul, hendaknya pengelola terus menjaga ekosistem di dalamnya.

"Harus dijaga untuk konservasi, jangan sampai rusak hanya karena bisnis,"ucapnya.

Sementara Manajer Georpark Gunungsewu Unesco Gobal Geopark, Budi Martono mengatakan, pengembangan Gua Cokro akan meniru pengembangan Gunung Api Purba Nglanggeran, di mana pemanfaatannya tidak merusak alam dengan memaksimalkan potensi yang di dalamnya. Dalam waktu dekat pihaknya akan berkoordinasi dengan Bupati Gunungkidul terkait pengembangan Geosite Gua Cokro.

Selain itu, pihaknya berharap kepada pengelola agar menjaga Gua Cokro dari tangan jahil wisatawan. Sebab, beberapa stalaktit rusak karena adanya pengunjung yang masuk sendiri tanpa melalui pengelola.

"Gua cokro dikenal oleh para geolog sebagai hutan stalaktit. Harus dijaga, karena beberapa waktu lalu ada kerusakan karena ada pengunjung yang masuk tetapi malah merusaknya," pungkasnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Pariwisata1 minggu yang lalu

Kementerian BUMN dan Sejumlah Perusahaannya Bagikan Bantuan TJSL ke Warga DIY

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4  Jogja, (pidjar.com)– Kementerian BUMN bersama perusahaan yang berada di bawah naungan BUMN, salah satunya PT Kereta Api Indonesia (Persero)...

Pariwisata3 minggu yang lalu

Okupansi Hotel di Gunungkidul Hampir 100 Persen 

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Wonosari,(pidjar.com)– Momen libur natal dan tahun baru 2025 menjadi hal positif bagi Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) okupansi hotel sangat...

Pariwisata3 minggu yang lalu

10 Ribu Wisatawan Kunjungi Gunungkidul Dimalam Pergantian Tahun 

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Wonosari,(pidjar.com)– Dinas Pariwisata Gunungkidul mencatat sebanyak 10 ribu wisatawan mengunjungi destinasi wisata di Gunungkidul saat perayaan malam tahun baru 2025....

Pariwisata2 bulan yang lalu

Miliki Daya Tarik Tersendiri, Wota-wati Bersolek Jadi Kawasan Green Tourism

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4Girisubo,(pidjar.com)– Padukuhan Wota-wati yang berada di Kalurahan Pucung, Kapanewon Girisubo merupakan daerah yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan padukuhan lain...

Pariwisata4 bulan yang lalu

Daop 6 Yogyakarta Bersama Korlantas Polri Gelar Sosialisasi Keselamatan, Pelanggaran Lalu Lintas Ditindak

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2024/12/VID-20241224-WA0007.mp4  Jogja, (pidjar.com) — Daop 6 Yogyakarta bersama Korlantas POLRI melakukan sosialisasi keselamatan dan penindakan pelanggaran lalu lintas di area...

Berita Terpopuler