Sosial
Inovatif, Kelompok Putri 21 Olah Singkong Jadi Beras
Playen,(pidjar.com)–Menjadi daerah penghasil singkong terbesar mendorong masyarakat Gunungkidul untuk berkreatifitas dalam pengolahannya. Mengingat singkong terkadang nilai jualnya sangat rendah, sehingga harus berputar otak untuk bisa menciptakan olahan makanan berbahan singkong dengan nilai jual yang tinggi. Seperti halnya yang dilakukan oleh kelompok wanita Putri 21, dimana kelompok ini mengolah singkong menjadi mocaf yang kemudian diproses lagi menjadi butiran-butiran beras.
Ketua Kelompok Wanita Putri 21, Suti Rahayu mengatakan beberapa tahun silam panen singkong di daerahnya sangat melimpah dengan harga jual dari petani yang sangat rendah. Dari situ ia kemudian mencari ide-ide yang sekiranya bisa digunakan untuk menaikkan harga dan memanfaatkan hasi pertanian sekitar.
“Singkong diproses dulu menjadi mocaf baru kemudian diproses lagi untuk menjadi beras analog, Alhamdulillah saat percobaan itu jadi. Kemudian peminatnya juga lumanyan sehingga kita produksi terus,” kata Suti Rahayu, Minggu (27/12/2020).
Proses pembuatan tergolong singkat. Jika bahan sudah siap proses hanya membutuhkan waktu 2 hari dalam pembuatan beras singkong. Sekitar 15 kg beras diprosuksi setiap 2 hari sekali, maklum saja karena alat yang ada tergolong kecil sehingga bahan yang dimasukkan tidak bisa banyak.
Kelompok ini juga telah mendapatkan pendampingan dari pihak ketiga untuk lebih memajukan usaha kreatif tersebut. Adapun dalam 1 bulan bisa melakukan produksi hingga 500 kg beras singkong. Harga jual sendiri lebih tinggi hingga berkali lipat jika dibandingkan dengan singkong pada umumnya.
“Per kilo kita jual seharga 26 ribu rupiah. Untuk pasarannya di lokal dan sudah merambah ke beberapa daerah besar seperti Jakarta dan lainnya,” imbuh dia.
Beras singkong sangat cocok dikonsumsi sehari sekali untuk yang sedang program diet ataupun mereka yang memiliki penyakit tertentu. Hal itu karena kandungan gizinya, mulai dari lemak 2,18 persen, protein 7,95. Kemudian karbohidrat 81,4 persen, energi 377,18 kkal, dan serat pangan 7,05 persen.
“Bentuknya butiran seperti beras. Sangat cocok dikonsumsi untuk penganti nasi,” imbuh dia.
Selain beras singkong, kelompok ini juga mengloah beragam tanaman pangan yang diubah bentuk untuk menghasilkan nilai jual tinggi. Seperti misalnya ubi ungu, jagung dan lainnya yang juga diolah menjadi beras untuk menarik minat konsumsi masyarakat.
Dalam pembuatannya, ia memberdayakan ibu-ibu di lingkungan sekitarnya untuk terlibat mulai dari penyediaan bahan hingga proses pebgolahan dan penjualannya. Dengan demikian diharapkan ada efek domino yang firasakan dan dapat mengangkat ekonomi, utamannya adalah ibu-ibu rumah tangga.
-
Politik3 minggu yang lalu
Suara Jeblok, PDIP Akui Kalah Rekruitmen dan Salah Tunjuk Ketua Bapilu
-
Politik4 minggu yang lalu
Hampir Separuh Incumbent Tumbang, Termasuk Ketua DPRD
-
Politik3 minggu yang lalu
21 Caleg Baru Akan Duduki Kursi DPRD Gunungkidul
-
Sosial3 minggu yang lalu
Beda Hitungan, Jamaah Aolia Gunungkidul Mulai Sholat Tarawih Malam Ini
-
Pendidikan3 minggu yang lalu
Capaian Prestasi SMA Mubammadiyah Al Mujahidin di Olympicad Nasional
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Gunungkidul Dilanda Hujan dan Angin Kencang, Sejumlah Titik Porak Poranda
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Peternak Telur Gelar Rembuk Nasional Demi Menyongsong Panen Jagung 1,9 Ton
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Waspada, 2 Bulan Terakhir Kasus DBD di Gunungkidul Tembus 280 Penderita, 2 Meninggal Dunia
-
Pariwisata6 hari yang lalu
Menjelajahi Sejumlah Wisata Ekstrem di Kabupaten Gunungkidul yang Patut Dicoba
-
Sosial4 minggu yang lalu
Perduli Layanan Masyarakat, Pengusaha Ini Salurkan 6 Unit Ambulans Untuk Warga Gunungkidul
-
Olahraga4 minggu yang lalu
Targetkan 25 Medali Emas, Pemerintah Janjikan Bonus Untuk Kontingen Popda Gunungkidul
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Mega Proyek Pembangunan Gedung DPRD Gunungkidul Dilanjutkan Tahun Ini