fbpx
Connect with us

Sosial

Jeritan Peternak Ayam Petelur, Setiap Hari Nombok Hingga Rencana Berhenti Produksi

Diterbitkan

pada

BDG

Playen,(pidjar.com)–Harga telur ayam yang terus mengalami penurunan mebuat peternak tekor. Harga telur yang anjlok sementara harga pakan yang terus melonjak dikeluhkan sejumlah peternak. Kondisi yang terus berlarut-larut seperti ini bahkan membuat sejumlah peternak berpikir untuk sementara berhenti berproduksi.

Salah seorang peternak ayam petelur di Kalurahan Banaran, Kapanewon Playen, Mantoro menuturkan, sejak beberapa waktu terakhir ini, harga jual telur ayam memang terus menurun. Bahkan saat ini, per kilogram telur ayam hanya dihargai Rp. 17 ribu per kilogram. Menurutnya, harga jual ini tak sebanding dengan biaya produksi yang cukup besar. Tak heran apabila kemudian, ia terus merugi.

“Harga telurnya murah banget, sedangkan harga pakannya naik terus,” keluh Mantoro, Minggu (12/09/2021) siang.

Mantoro menambahkan, sulitnya impor pakan masuk ke Indonesia diduga menjadi penyebab mahalnya harga pakan ayam petelur. Setiap harinya, ia harus mengeluarkan uang Rp. 2 juta lebih hanya untuk membeli pakan. Situasi sendiri semakin sulit lantaran di tengah naiknya harga pakan itu, harga jual hasil telur tak bisa diharapkan untuk menutupnya.

“Tidak masuk sama sekali kalau dihitung, sementara mau stop ternak ayam petelur dulu,” jelasnya.

Bagaimana tidak, dengan populasi 3.000 ekor ayam petelur yang ia milik, saban harinya ia membutuhkan kurang lebih 360 kilogram pakan. Sementara hasil yang ia dapatkan yakni telur 150 kilogram per hari. Jumlah ini tentu saja tidak cukup untuk menutup biaya produksinya. Alhasil, setiap harinya ia harus tombok.

Berita Lainnya  Sempat Ngendon di Polres, Kendaraan Massa Kampanye Yang Ditahan Sudah Mulai Boleh Diambil

“Dikali saja 150 x Rp 17ribu itu cuma berapa, belum upah buruh yang ngurusi kandang,” ujar Mantoro.

Ia menyebut, harga telur memang cenderung menurun selama pandemi covid19. Namun harga yang begitu anjlok terasa sejak PPKM darurat diberlakukan.

“Keuntungannya semakin tipis, malah sejak beberapa bulan ini nombok terus,” terangnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan, Disperindag Gunungkidul, Yuniarti Ekoningsih mengatakan, harga telur ayam di level pengecer yakni Rp. 20 ribu per kilogram. Menurutnya, memang sempat ada trend kenaikan harga beberapa waktu lalu. Namun itu terjadi hanya saat pemerintah mulai membagikan bantuan pangan. Setelah itu, harga telur cenderung mengalami penurunan.

“Harganya memang lebih murah jika dibandingkan sebelum pandemi,” tandas dia.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler