Pemerintahan
Sepi Peminat, Peternak Gunungkidul Terpaksa Jual Sapinya Dengan Harga Rendah






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Upaya pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam mengembangkan sapi lokal atau sapi PO dapat dibilang berhasil dari segi kwalitas. Sebab saat ini di sentra pengembangan sudah mampu memperoleh sertifikat layak bibit. Namun demikian, kendala yang dihadapi adalah sulitnya pemasaran sapi-sapi tersebut.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengatakan, sentra pengembangan sapi putih saat ini masih terpusat di Kecamatan Playen dan Kecamatan Wonosari. Dipaparkan Bambang, sapi Gunungkidul saat ini sudah cukup maju. Tak hanya dari segi kuantitas, namun kualitasnya juga meningkat pesat. Menurutnya, kwalitas hasil ternakan sudah dalam kategori layak.
“Untuk pembibitan kita sudah mampu karena sudah ada surat keterangan layak bibit. Bibit sudah bisa diidentifikasi,” kata Bambang, Senin (08/04/2019).
Namun begitu, dari pantauan pihaknya saat ini, sapi-sapi Gunungkidul masih sangat minim peminat. Sehingga, harga sapi PO lokal Gunungkidul sulit untuk dapat menembus harga yang fantastis.
“Kalau ada surat keterangan layak bibit mungkin harganya bisa berkisar Rp 10 juta. Tapi karena minim peminat, peternak memilih menjualnya ke pasar dengan harga hanya Rp 8 juta rupiah,” ucap dia.







Untuk itu, pihaknya terus berupaya untuk melakukan pembinaan serta mencari jaringan terkait pemasaran sapi tersebut. Jika pun nantinya ada yang memesan dalam jumlah tertentu, para peternak sapi putih ini sudah dapat memenuhinya.
“Kami sudah lakukan pembinaan tetapi kita juga harus menawarkan. Jika ada yang mau pengadaan bibit, Gunungkidul saya kira siap,” ucap dia.
Dalam upaya pembinaan sendiri, pihaknya tidak hanya melakukan kepada kelompok ternak. Tetapi kepada para masyarakat yang memiliki indukan sapi betina dihimbau untuk tidak menyembelihnya.
“Kadang petani menjual indukan untuk dipotong, itu tidak boleh terlebih sapi yang masih dalam usia produktif,” kata dia.
Selain kepada para petani, pengawasan juga dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Monitoring menurutnya terus dilakuan dalam mengantisipasi adanya pemotongan sapi betina produktif.
“Ya kalau indukan disembelih kan mematikan pabrik sapi. Kita lakukan sosialisasi untuk tidak melakukan pemotongan terhadap sapi induk betina,” pungkas Bambang.