Connect with us

Sosial

Titir Kentongan dan Gejog Lesung Ramaikan Malam Gerhana di Bejiharjo

Diterbitkan

pada

BDG

Karangmojo,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo menjadi kawasan paling semarak dalam menyambut Super Blue Blood Moon atau gerhana bulan pada Rabu (31/01/2018) malam tadi. Sejumlah bunyi-bunyian ditabuh oleh warga masyarakat setempat selama prosesi gerhana bulan berlangsung. Tradisi semacam ini merupakan tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun oleh warga masyarakat khususnya di Padukuhan Gelaran I, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo. Bunyi kentongan dan sayup-sayup bunyi kesenian gejog lesung saling bersahutan pada Kamis malam tadi.

Gerhana bulan yang tak terlalu terlihat karena tertutup awan tak membuat antusiasme warga berkurang dalam mengeluarkan bunyi-bunyian tersebut. Belasan warga berkumpul di kediaman Rismanto untuk membunyikan lesung. Warga juga melantunkan shalawat sebagai bentuk meminta berkah kepada Yang Maha Kuasa serta disusul dengan bersama-sama menyanyikan lagu-lagu jawa seperti Gundul-gundul Pacul dan yang lainnya. Seluruh prosesi tersebut dilakukan setelah warga menggelar Sholat Gerhana.

Berita Lainnya  Manfaatkan Gap Pandangan Politik Pasca Pemilu, Sekelompok Orang Disebut Hendak Pecah Belah Bangsa Indonesia

Salah seorang sesepuh Desa Bejiharjo, Tukijo menuturkan, tradisi ini dilakukan setiap kali terjadi gerhana baik matahari maupun bulan. Berdasarkan kepercayaan yang diberikan nenek moyang, gerhana dipercaya terjadi karena ada Buto (raksasa) yang memakan sumber cahaya tersebut. Dengan membunyikan alat-alat tersebut, warga percaya bahwa nantinya sang raksasa akan kembali memuntahkan matahari maupun bulan sehingga bisa kembali memancarkan sinar.

“Memukul kentongannya sendiri juga tidak dilakukan secara asal. Kentongan dipukul secara terus menerus atau biasa disebut titir,” ucap pria yang akrab disapa Mbah Jo ini, Rabu malam.

Selain membunyikan kentongan serta lesung, ada pula tradisi unik lainnya yang masih terus dipelihara oleh masyarakat Padukuhan Gelaran saat terjadi gerhana. Biasanya seluruh wanita hamil diwajibkan untuk bersembunyi di bawah tempat tidur. Warga percaya jika hal tersebut tidak dilakukan, akan menimbulkan cacat pada bayi yang dikandung. Tak hanya itu, setelah gerhana usai, perut ibu hamil juga dioleskan abu hangat yang berasal dari perapian dapur. Pengolesan abu perapian juga dilakukan kepada hewan-hewan ternak yang dimiliki warga.

“Biasanya saat mengoleskan abu tersebut, sembari mengucap ojo kaget yo jabang bayi (jangan kaget ya jabang bayi),” ucap dia.

Berita Lainnya  Kondisi Drop, Jamaah Haji Asal Playen Meninggal Dunia di Mekah

Sementara Kepala Dukuh Gelaran I, Husain Pamungkas menambahkan, tradisi ini seiring dengan berkembangnya zaman serta ilmu pengetahuan memang telah banyak ditinggalkan. Namun begitu, pihaknya sengaja masih terus menghidupkan tradisi ini, selain untuk menghormati nenek moyang juga menjalin kebersamaan serta keakraban diantara warga. Memang dalam prosesi semacam ini, warga bisa saling berinteraksi secara langsung serat saling bersama dalam mengusir bala.

“Terlepas dari kepercayaan mengenai cerita adanya raksasa yang memakan bulan atau matahari saat terjadi gerhana, kami ingin melestarikan tradisi,” ucap dia.

Ratusan Anggota Polres Gunungkidul Ikuti Shalat Gerhana

Suasana lain mewarnai Mapolres Gunungkidul saat terjadinya gerhana bulan pada Rabu malam tadi. Ratusan anggota kepolisian dikumpulkan di Mapolres untuk melakukan Sholat Gerhana atau Sholat Khusuf. Meski terjadinya gerhana bulan tak terlalu terlihat, namun tak menghalangi kekhusukan sekitar 150 anggota polisi yang dipimpin langsung oleh Kapolres AKBP Ahmad Fuady dalam melakukan ibadah tersebut.

Berita Lainnya  Lahir Dengan Dua Kepala, Anak Kambing Aneh Bikin Heboh Warga Semanu

Ditemui seusai acara, AKBP Ahmad Fuady mengatakan bahwa sholat gerhana ini merupakan ibadah bagi umat Muslim. Selain itu, ia juga berharap nantinya dengan digelarnya Sholat Gerhana ini anggota Polres Gunungkidul bisa lebih memiliki akhlak yang baik serta mau lebih dekat dengan sang pencipta.

“Pointnya adalah nantinya kita ingin dengan akhlak yang baik itu, anggota akan bisa lebih amanah dalam tugasnya melayani masyarakat,” papar Kapolres.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

bisnis2 bulan yang lalu

Tegaskan Komitmen di Hari Bumi, KAI Bandara Wujudkan Langkah Menuju Masa Depan Berkelanjutan

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka memperingati Hari Bumi yang jatuh pada tanggal 22 April, PT Railink sebagai operator KAI...

Pariwisata3 bulan yang lalu

Masa Angkutan Lebaran 2025, Penumpang KA Bandara Capai 390 Ribu

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – PT Railink KA Bandara Medan dan Yogyakarta mencatat sebanyak 390.475 ribu masyarakat menggunakan layanan Kereta Api...

bisnis3 bulan yang lalu

Libur Lebaran, Stasiun Yogyakarta Optimalkan Peran Sebagai Stasiun Integrasi Antarmoda

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja,(pidjar.com) – Stasiun Yogyakarta memiliki keunggulan sebagai stasiun integrasi antar moda yang mampu melayani pemudik dan masyarakat untuk berwisata...

bisnis3 bulan yang lalu

Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com) – Dalam rangka menyambut momen Lebaran 2025, PT Railink KAI Bandara di Medan dan Yogyakarta memberikan diskon...

bisnis5 bulan yang lalu

Libur Panjang Isra Mi’raj dan Imlek, 79 Persen Tiket Terjual di Daop 6 Yogyakarta

https://pidjar.com/wp-content/uploads/2025/03/VID-20250327-WA0011.mp4  Jogja, (pidjar.com)– PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta mencatatkan penjualan tiket kereta api yang signifikan pada libur...

Berita Terpopuler