fbpx
Connect with us

Sosial

Air Tangki Mahal, Warga Pilih Pikul Air Dari Sisa Telaga Yang Keruh dan Kotor

Diterbitkan

pada

BDG

Rongkop,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Di musim kekeringan ini, seluruh warga yang terdampak menggunakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan airnya. Beratnya beban finansial yang harus mereka keluarkan jika terus menggantungkan pemenuhan kebutuhan air dari pembelian air tangki swasta, membuat para warga yang sebagian besar berasal dari kalangan menengah ke bawah tersebut nekat tetap menggunakan sumber-sumber air yang sebenarnya sudah tidak lagi layak untuk digunakan.

Termasuk yang dilakukan saat ini oleh warga Padukuhan Ngiricik, Desa Melikan, Kecamatan Rongkop adalah memanfaatkan sisa air telaga Banteng. Meski masih cukup melimpah, namun air telaga tersebut memang nampak sudah sangat tidak layan. Air yang tersisa sudah sangat keruh dan bahkan berwarna kehijauan.

Salah seorang warga setempat, Mardiono memaparkan, ia bersama sejumlah warga lainnya terpaksa memanfaatkan air telaga Banteng untuk menghemat penggunaan air bersih karena bak penampungan air hujan miliknya sudah dalam kondisi kritis. Namun begitu, karena kondisi air sudah sangat tidak layak, air telaga tersebut tidak dikonsumsi, melainkan hanya digunakan untuk mencuci baju, mandi serta memandikan ternak. Namun jika mencuci di telaga tersebut, sesampai di rumah masih harus dibilas lagi lantaran kondisi air telaga yang memang sangat kotor.

Berita Lainnya  Ribuan Kaum Disabilitas di Gunungkidul Masih Belum Bisa Mandiri dan Sejahtera

“Ya kalau dikonsumsi sudah tidak layak lagi, lha wong sudah begitu airnya. Kalau buat mencuci saja jika tidak dibilas bisa gatal-gatal di badan,” tutur Mardiono sembari menunjuk air di telaga, Senin (02/07/2018) siang.

Ia terpaksa memanfaatkan air telaga itu karena kondisi bak penampungan air hujan miliknya sudah sangat kritis. Jika tak ada hujan yang turun, dalam waktu 2 minggu mendatang ini, bak penampungan air miliknya sudah kosong. Padahal, jika harus membeli air dari mobil tangki swasta sangat memberatkan. Uang Rp120.000 untuk membeli air baginya sangat besar.

“Itupun cuma bisa digunakan untuk 2 minggu sampai 3 minggu saja. Tentu untuk saya sangat berat,” lanjutnya.

Berita Lainnya  Minat Pelaku Wisata Daftar Vaksinasi Covid19 Rendah, Kepala Dinas: Banyak Yang Takut

Tak hanya di Kecamatan Rongkop saja, hal yang sama juga terjadi di Kecamatan Girisubo. Yatiman, warga Padukuhan Wuni, Desa Nglindur, Kecamatan Girisubo mengatakan, pada musim kemarau ini, ia harus rela berjalan sejauh 1 kilometer untuk mencari air. Sembari memikul jerigen air yang cukup berat, air diambil dari telaga dan dibawa pulang. Air tersebut dipaparkan Yatiman dia pergunakan untuk air minum ternak serta mencuci.

"Sudah biasa setiap tahun seperti ini, kemarin ada bantuan air untuk minum saja. Kebutuhan lainnya ya dari telaga Banteng ini," ucap Yatiman yang memang tinggal di perbatasan Kecamatan Girisubo dan Rongkop tersebut.

Terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengatakan, pihaknya belum memiliki data telaga mana saja yang sudah kering. Namun demikian, dia menjelaskan saat ini telaga hanya digunakan untuk kebutuhan seperti minum ternak dan mencuci pakaian.

"Dari jumlah ratusan, mungkin sebagian besar sudah habis airnya. Tetapi memang air telaga saat ini tidak digunakan untuk kebutuhan primer. Paling mencuci dan (minum) ternak," ucapnya.

Berita Lainnya  Demam Channa, Ikan Sungai yang Kini Jadi Primadona

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler