Sosial
Empat Kecamatan Ini Menjadi Penyumbang Terbanyak Penderita TBC di Gunungkidul


Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)--Persebaran kasus Tuberculosis atau yang kerap dikenal TBC di Gunungkidul setiap tahunnya belum mengalami penurunan. Untuk itu, Dinas Kesehatan Gunungkidul saat ini tengah gencar melakukan upaya sosialisasi terkait penyakit tersebut. Rencananya menjelang peringatan hari TBC sedunia yang jatuh pada 24 Maret 2019 mendatang, pemerintah akan menggelar dialog dan diskusi pencegahahan dan penanggulangan TBC kepada masyarakat.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Priyanta Madya Satmaka mengatakan, dari data laporan akhir pada tahun 2018 kemarin, kasus TBC masih banyak dijumpai. Tercatat, terjadi 477 kasus. Namun dari jumlah tersebut diketahui, (Bakteri Tahan Asam) BTA positif atau kasus baru sejumlah 159 kasus.
“Jumlah itu kita peroleh dari pemeriksaan 4.316 orang yang diduga menderita TB. Untuk tahun ini belum bisa kita data karena untuk triwulan ini saja masih berjalan,” ujar Priyanta, Sabtu (23/04/2019).
Ia menambahkan, untuk persebaran kasus dari tahun ke tahun masih belum mengalami pergeseran. Wilayah dengan jumlah kasus terbanyak berada di wilayah yang padat penduduk. Sebab di lokasi itu, virus ini sangat mudah menular.
“Untuk wilayah kecamatan sebaran kasus TB di semua wilayah terdapat kasus TB. Tetapi yang paling banyak memang di Semanu, Wonosari, Ponjong dan Karangmojo. Tetapi jumlah kasus antar wilayah tidak terlalu signifikan perbedaannya,” ujar Priyanta.
Ia menambahkan, peringatan hari TBC sedunia sendiri akan jatuh pada Minggu (24/03/2019) mendatang. Namun demikian, untuk di Gunungkidul akan diperingati serentak pada tanggal 26 Maret 2019 dan akan dipusatkan di Kecamatan Semanu.
“Puncak acara hari TB di pusatkan di pendopo Kecamatan Semanu. Agendanya dialog dan diskusi tentang pencegahan dan penanggulangan TB,” ujar Priyanta.
Ia menjelaskan, TBC merupakan bakteri yang sangat mudah penularannya. Bahkan menurut pihaknya, satu keluarga positif BTA, maka lima rumah di lingkungannya sangat berisiko tertular penyakit ini.
“Melalui udara itu sangat cepat penularannya. TBC juga akan terus bertambah jika disuatu lingkungan sudah positif,” terang Priyanta.
Pasien TBC dengan BTA positif memiliki risiko penularan pada orang lain lebih besar. Karena dahaknya mengandung kuman TBC. Seperti kita ketahui, TBC ditularkan melalui percikan dahak saat batuk. Semakin besar tingkat positif dahak pada pemeriksaan BTA, maka risiko penularan pada orang lain semakin besar. Sedangkan pada BTA negatif tetap dapat memiliki risiko penularan namun lebih kecil dibandingkan BTA positif.
“BTA negatif ciri-cirinya, dahak memang tidak mengandung kuman TBC. Dahak yang diperiksa lebih banyak liur, misal karena pasien sulit mengeluarkan dahak,” lanjut Priyanta.
Penyebaran TBC selama ini juga banyak dilakukan oleh kaum pria. Pasalnya aktifitas dari mereka lebih banyak dibanding wanita. Selain itu, kebiasaan merokok juga memicu terjadinya virus TBC.
“Kebiasaan merokok meningkatkan risiko 2,2 persen penyakit TBC,” pungkas dia.
-
Uncategorized5 hari yang lalu
Perebutan Gelar Triple Crown 2025 di Indonesia Indonesia Derby 2025
-
Sosial4 hari yang lalu
Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit Tingkatkan Kapasitas Petani di Sumatera Utara
-
event5 hari yang lalu
Gunungkidul Geopark Night Specta Kembali Digelar, Simak Jadwal dan Bintang Tamunya
-
musik5 hari yang lalu
Tahun ke-11, Prambanan Jazz Festival Gaet Kenny G dan EAJ
-
Budaya5 hari yang lalu
Yogyakarta International Dance Festival Digelar di Jogja, Diikuti 8 Negara
-
Info Ringan2 hari yang lalu
Semarak Ulang Tahun Perak Tunas Mulia, Gelar Sarasehan Pendidikan Tamasya