Budaya
Gelontoran Dana dan Program Dari Pemerintah Untuk Lestarikan Macapat Yang Terus Tersingkir Oleh Perkembangan Jaman




Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dinas Kebudayaan Gunungkidul berusaha menggalakkan kembali pelatihan dan pengenalan macapat terhadap masyarakat, khususnya bagi generasi milenial. Pasalnya tidak dipungkiri, semakin berkembangnya jaman sastra asli Jawa ini justru ditinggalkan dan sangat sedikit peminat untuk mau belajar, mengenal hingga melestarikan macapat. Dengan menggandeng sejumlah petugas, kelompok masyarakat dan sekolah, Dinas Kebudayaan Gunungkidul terus meluncurkan beberapa program untuk mengangkat kembali sastra Jawa ini.
Kepala Bidang Sejarah, Bahasa dan Sastra, Dinas Kebudayaan Gunungkidul, Sigit Pramudianto mengatakan jika selama ini jajarannya terus mendorong generasi milenial untuk mengenal dan mempelajari macapat. Tak jarang, terdapat beberapa kegiatan lomba macapat yang diperuntukkan bagi pelajar maupun anak muda. Tak hanya itu, masyarakat umum pun juga ikut menjadi sasaran pemerintah dalam mengangkat kembali sastra Jawa ini.
Tidak dipungkiri memang, semakin majunya teknologi dan modernisasi yang semakin melejit, beberapa budaya, seni, sastra dan lainnya mulai terkikis. Padahal jika disadari, hal itu merupakan aset penting peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan. Bahkan orang asing pun juga tak sedikit yang tertarik untuk mempelajari sastra ini.
“Kita upayakan pelatihan macapat sebagai bentuk pelestarian dan memberikan pembinaan bagi anak muda dan masyarakat umum,” terang Sigit, Minggu (07/04/2019).
Beberapa kelompok masyarakat di desa-desa telah dibentuk oleh masyarakat dan pemerintah untuk mendapatkan pelatihan dan pembinaan. Salah satunya yang progresnya cukup baik yakni kelompok di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang. Sedikitnya terdapat 25 orang dengan berbagai usia yang rutin dalam berlatih macapat. Masyarakat di Desa Girisekar inipun masih sangat antusias dan semangat.




Kesadaran untuk melestarikan budaya pun masih sangat tinggi dan kental akan tradisi. Tak jarang juga sering ada pertunjukan maupun latihan yang disaksikan oleh pelaku pelestari budaya dan sastra lainnya.
Tujuan utama dari digalakkannya pelatihan dan pembinaan ini, selain agar sastra macapat tidak punah juga ke depan terdapat regenerasi yang berkualitas. Sehingga kekayaan budaya yang dimiliki tidaklah tertelan oleh modernisasi. Target yang dibidik memang pelajar dari tingkat SD hingga jenjang yang lebih tinggi.
“Dalam waktu dekat akan ada semacam perjanjian dengan sekolah-sekolah. Untuk target mungkin 50 peserta di setiap sekolah. Ini sedang diagendakan. Jadi apa jiwa melestarikan budaya itu tumbuh dengan sendirinya, dan mereka bangga bisa melestarikan dan memiliki sastra jawa yang luar biasa ini,” tambah dia.
Untuk semakin memikat pelajar agar lebih mencintai budaya yang ada, dari dinas rencananya juga akan menyiapkan apresiasi dalam bentuk piagam maupun uang pembinaan. Kemudian paling tidak ada dorongan dan dana tersebut dapat untuk stimulan berlatih. Di Gunungkidul sendiri, terdapat penembang macapat yang kualitasnya tidak diragukan kembali, sayangnya mayoritas sudah berusia lanjut usia.
“Tentu regenerasi itu sangat diperlukan. Lha kalau tidak ada, bagaimana mau melestarikan. Biar nantinya budaya dan sastra yang dimiliki tetap hidup dan tumbuh beriringan dengan modernisasi jaman,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang warga Winarsih (38), mengungkapkan jika dirinya tertarik untuk ikut dalam pelatihan-pelatihan mengenai kebudayaan. Pasalnya ada greget tersendiri saat belajar budaya Jawa yang kaya akan makna, filosofi dan jalannya kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Awal mengikuti pelatihan khususnya macapat memang ada kesulitan, namun hal itu ia anggap sebagai hal biasa lantaran belum pernah mengenal hal itu.
“Motivasi saya mengikuti pelatihan supaya saya tahu arti bahasa jawa yang ada pada tembang macapat dan ke depannya jika sudah sedikit mengusai mungkin akan saya tularkan ke keluarga saya” ucapnya.
Pelatihan semacam ini diharapkan tidak hanya diawal saja melainkan dilakukan secara rutin dan terus menerus setiap tahunnya. Tidak hanya itu, juga menyasar di pelosok pelosok desa yang sekiranya tidak terambah program, dengan demikian pelatihan dapat merata dan budaya maupun sastra dapat lebih hidup secara menyeluruh kembali.
“Tentu sangat mendukung program pemerintah ini. Biar apa ya wong Jawa tidak hilang Jawane. Masak iya orang luar negeri saja banyak yang ingin belajar tapi kita orang Jawa asli justru enggan belajar,” papar dia.
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Pemerintahan3 hari yang lalu
BKPPD Gunungkidul Kembali Dalami Dugaan Perselingkuhan ASN
-
Sosial1 hari yang lalu
Bupati Gunungkidul Dikukuhan Sebagai Ketua Pengurus Daerah Keluarga Organisasi Tarung Derajat
-
Sosial1 minggu yang lalu
43 Tahun Berdayakan UMKM Gunungkidul, Koperasi Marsudi Mulyo Terus Berinovasi
-
Pemerintahan3 hari yang lalu
Terkendala Aturan, Proses PAW 3 Lurah di Gunungkidul Belum Bisa Dilakukan
-
Info Ringan1 minggu yang lalu
Dibalut Horor, Film Petaka Gunung Gede Angkat Kisah Sahabat Sejati
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Kembali Pecat 2 ASN Yang Terlibat Skandal Asusila
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
3 Korban Laka Laut Pantai Drini Ditemukan Meninggal, 1 Masih Dalam Pencarian
-
Sosial2 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Kukuhkan Pengurus FPRB Baru
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Gelontoran Anggaran Rp 1,5 Miliar Untuk Perbaikan Gedung Sekolah
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
Jumlah Pengguna Kereta Api Membludak saat Libur Panjang, PT KAI Daop 6 Klaim Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
-
Peristiwa1 minggu yang lalu
Aliansi Jaga Demokrasi Bersama BEM DIY Demo Tuntut Adili Jokowi