Budaya
Kemarau Panjang, Warga Purwosari Gelar Tradisi “Njaluk Udan”


Purwosari,(pidjar.com)– Kabupaten Gunungkidul memiliki banyak sekali adat, budaya dan tradisi yang masih kental dan dilestarikan oleh masyarakat di masing-masing daerah. Salah satu tradisi yang samapi dengan sekarang masih sering dilakukan oleh warga yakni tradisi “njaluk udan” yang dilakukan oleh warga Kalurahan Giripurwo, Kapanewon Purwosari, Kabupaten Gunungkidul.
Tradisi “njaluk udan” ini sudah sejak lama ada, dilakukan manakala kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan, warga sulit mendapatkan air bersih dan aktifitas pertanian belum bisa dimulai. Tradisi semacam ini hampir sama dengan tradisi pada umumnya, melakukan upacara di Pertapaan Andongsari setiap Jumat Kliwon di bulan September atau Oktober.
Sejak pagi masyarakat setempat ulai sibuk mempersiapkan ubo rampe yang diperlukan untuk melakukan tradisi ini. Siang harinya, warga bersama dengan sejumlah tokoh masyarakat dan sesepuh menuju petapaan Andongsari yang berada di atas bukit membawa beberapa ingkung dan keperluan lainnya.
Baru kemudian sesepuh di wilayah tersebut atau Rois yang ada kemudian mengajak para warga yang berada di lokasi untuk memanjatkan doa dan ada beberapa teriakan warga “hujan” sebagai pertanda permintaan hujan kepada Allah SWT.
Usai doa bersama dan genduri ini, warga kemudian menyantap 8 ingkung yang telah dibawa termasuk meminum air kelapa yang telah tersedia. Besar harapan para warga ini setelah dilakukan upacara adat hujan akan segera turun di wilayah mereka.
“Ini merupakan adat dan tradisi yang sudah ada sejak dulu. Kami anak cucu berusaha meneruskan dan melestarikan,” ucap Margono, Ketua Panitia upacara adat tradisi tersebut.
“Harapan kami hujan bisa segera turun sehingga masyarakat kami tidak kesulitan untuk mendapatkan air bersih dan bisa memulai aktifitas pertanian,” jelasnya.
Kondisi di wilayah tersebut, sejak Juni lalu warga setempat sudah kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Sumber-sumber air pun juga mulai mengering puncaknya terjadi pada Agustus September Oktober ini, warga tampungan air banyak yang kering dan lahan pertanian mulai mengering juga.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka harus membeli ke tangki swasta Rp 150.000 sampai Rp 200.000 yang bisa digunakan sekitar dua minggu. Selain itu, warga juga sering mendapatkan bantuan pihak-pihak tertentu.
“Yang benar-benar sulit air itu mulai Agustus kemarin sehingga kami harus membeli,” jelas salah seorang warga, Kusno.

-
Sosial3 minggu yang lalu
SMP Swasta Ini Borong Juara di LBB Gunungkidul 2023
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Tragis, Warga Prigi Tewas Usai Terlindas Bus Pariwisata di Jalan Jogja-Wonosari
-
Pariwisata4 minggu yang lalu
Menikmati Asrinya Perkampungan Sisi Utara Gunungkidul di Punthuk Kepuh
-
Hukum3 minggu yang lalu
Wanita Pelaku Pembunuhan dan Pembuangan Bayi Ditangkap
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Kasus Bullying di SD Al Azhar Selang, Korban Diduga Tak Hanya 1 Orang
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Kecelakaan di Jalan Baron, Pengendara Motor Tewas Mengenaskan Terlindas Truk
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Progres Lamban, Proyek Pembangunan Gedung RSUD Saptosari Disidak
-
Sosial2 minggu yang lalu
Asa Warga Karangnongko Miliki Jalan Layak Akhirnya Terwujud, Pria Ini Berjalan Merangkak
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Selingkuhi Warganya, Oknum Dukuh Dituntut Mundur
-
Hukum3 minggu yang lalu
Komplotan Pencuri Baterai Tower Telekomunikasi Diringkus Petugas
-
Politik3 minggu yang lalu
Empat Program Kunci Untuk Kemajuan Gunungkidul
-
Hukum3 minggu yang lalu
Kasus Korupsi RSUD Wonosari, Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum Ajukan Kasasi