fbpx
Connect with us

Sosial

Lima Uskup Resmikan Wajah Baru Gua Maria Tritis Yang Kini Makin Megah

Diterbitkan

pada

BDG

Paliyan,(pidjar.com)–Gua Maria Perantara Wahyu, atau dikenal dengan Gua Maria Tritis di Padukuhan Bulu, Desa Giring, Kecamatan Paliyan memiliki wajah baru. Pasalnya, belum lama ini rute jalan salib yang cukup sempit telah direnovasi. Rute jalan Salib dibongkar dan diperluas sehingga saat ini lebih nyaman bagi para peziarah.

Nuansa bangunan moderen juga terlihat pada akses jalan hingga sejumlah patung yang berada di tempat pemberhentian. Tak hanya itu, rute Jalan Salib Goa Maria Tritis juga dilengkapi dengan fasilitas lain seperti tempat transit, aula hingga MCK.

Eloknya lagi, dalam peresmiannya pada Senin (20/05/2019) sore kemarin, rute jalan salib Gua Maria Tritis dihadiri oleh lima uskup yakni yakni Monsinyur Rubyatmoko, Uskup Keuskupan Agung Semarang; Uskup Bali Monsinyur San; Uskup Purwokerto Monsinyur Tri Harsana; Uskup Bandung Monsinyur Antonius Subianto Bunjamin; Uskup Pontianak Monsinyur Agustinus Agus dan juga didampingi enam pastor yang bertugas di tiga Gereja Paroki di Kabupaten Gunungkidul.

Peresmian sendiri diawali dengan prosesi ibadat jalan salib yang menempuh perjalanan satu kilometer melintas perbukitan karst khas Gunungkidul. Kemudian dilanjutkan dengan ekaristi syukur malam harinya yang menandai diresmikannya hasil pembangunan beberapa fasilitas pendukung bagi para peziarah Gua Maria.

Dalam sambutannya, Uskup Keuskupan Agung Semarang, Monsinyur Rubiyatmoko menegaskan, esensi iman Katholik akan tempat peziarahan seperti taman doa, Sendang Maria, atau Gua Maria akrab bagi umat katolik. Menurutnya, Gua Maria menjadi tempat meneguhkan iman akan Tuhan Yesus. Bunda Suci Maria, lanjut Uskup, menjadi teladan konkret bagi umat katolik untuk selalu dekat dengan Tuhan Yesus.

Berita Lainnya  Ribuan Masyarakat Hijaukan Jalanan Wonosari, Warga Gadungsari Dapat Hadiah Mobil Dari BDG

“Dari kerelaan Maria sebagai pribadi yang terutus Tuhan sebagai bunda Yesus melalui kabar gembira para malaikat, kesetiaan Maria dalam mendampingi membesarkan Yesus hingga kesetiaan Maria tetap berada dekat dengan putranya saat menghadapi kesengsaraan di kayu Salib. Tiap datang ke tempat peziarahan kita berdoa mohon kepada Allah Bapa dan Bunda Maria agar semakin dekat dengan putranya Tuhan Yesus,” ujar Uskup.

Ia menilai pemberian nama Gua Maria Pengantar Wahyu di Singkil merupakan hal yang tepat. Sebab menurutnya, Gua Maria merupakan tempat menumpahkan berbagai harapan baik bagi umat dan dunia.

“Untuk itulah tempat peziarahan Bunda Maria syarat dengan tempat yang aman, teduh, nyaman, tenang, damai dan penuh kegembiraan. Kepengantaraan Bunda Maria inilah iman kita bisa sampai pada Tuhan Yesus. Untuk itulah tempat peziarahan Bunda Maria selalu dikaitkan dengan jalan salib,” tambahnya sembari mengajak umat Katholik merawat Gua asri perbukitan karst di Gunungkidul.

Perlu diketahui, penataan Gua Maria Tritis pertama diprakarsai oleh Romo Simon Petrus Bambang Ponco Santosa SJ semenjak bertugas di Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari sejak beberapa tahun terakhir. Ide untuk menata Gua Maria yang ramai dikunjungi umat Katholik setiap hari Minggu, Bulan Mei dan Bulan Oktober kini telah mencapai 98 persen berkat dukungan penuh komunitas Paguyuban Emmaus Jakarta, dan beberapa pihak lainnya. Kini hasil kerja pembangunan oleh Romo Ponco yang telah berpindah tugas di Jakarta dilanjutkan Romo Paroki Wonosari Mikael Irwan Susianta SJ.

Berita Lainnya  Kasak-kusuk Warga Terkait Pembangunan GOR Desa Bernilai Miliaran

Sementara itu Komunitas Paguyuban Emmaus, Herman didampingi FX Endro Guntoro SIP dari Paroki Santo Petrus Kanisius saat ditemui media menyatakan harapan Gua Maria Pengatara Wahyu lebih representatif bagi umat dalam ziarah dan doa. Pihaknya memberikan apresiasi berbagai pihak yang telah menyumbangkan tenaga, waktu dan bantuan material maupun imateriil atas terwujudnya pembangunan fasilitas yang diharapkan umat tersebut. Meskipun hasil kerja bersama telah diserahterimakan umat Paroki Wonosari paguyuban doa Emmaus masih sanggup terlibat sampai benar-benar sempurna.

“Pembangunan sarana fasilitas kali ini terbilang pekerjaan paling besar selama pembangunan berjalan periodik. Prosesnya juga panjang tidak sekadar membangun fisik, tetapi dari pembebasan lahan, sampai proses sertifikasi puluhan lahan hingga pembangun menyentuh kasadaran umat dan warga masyarakat setempat,” tambah FX Endro Tri Guntoro.

Menurut Endro, pembangunan tempat ini bukan membuat tempat ekslusif bagi umat katolik. Tetapi, seperti dipesankan para romo dan uskup tadi, tempat ini harus inklusif (terbuka) untuk semua umat beriman baik tujuan hendak berdoa atau sembahyang, meditasi, dan berbagai ruang perjumpaan bersama, perjumpaan dengan Tuhan dan alam semesta,” pungkas ketua Bidang Pelayanam Kemasyarakatan Paroki Wonosari sebelumnya melaksanakan penanaman pohon kelor dan buah-buahan bersama dengan sejumlah tokoh lintas agama tersebut.

Berita Lainnya  Musim Liburan dan Hari Raya, 4 Jalur Tengkorak Ini Dapat Pantauan Khusus Dari Kepolisian

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler