Sosial
Perang Harga Penjualan Online, Harga Ayam Terus Terpuruk
Patuk,(pidjar.com)–Harga ayam dari peternak dan pemilik rumah pemotongan selama beberapa pekan terakhir terus mengalami penurunan. Meski sempat stabil, namun dalam beberapa hari kemudian harga kembali anjlok. Para peternak dan pemilik rumah pemotongan ayam mulai mengeluhkan penurunan harga yang disinyalir karena banyaknya penjualan secara online itu.
Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pemilik rumah potong ayam di Kecamatan Patuk, Suradi. Untuk saat ini harga ayam hidup berada di kisaran Rp 12.000 hingga Rp 13.000 per kilogramnya. Namun jika harga ayam diambil oleh perusahaan dari peternak mitra plasma, maka ayam akan dilepas pada harga Drop Order (DO) sebesar Rp 11.000.
Kondisi ini menurut Suradi berulang kali terjadi sejak awal tahun 2020 yang lalu. Suradi menyebut, beberapa pekan lalu bahkan harga ayam ambruk dan hanya berada pada kisaran Rp 8.000- Rp 9.000 per kilogramnya dalam kondisi hidup di kandang. Kemudian sekitar 4-5 hari lalu, sudah mulai naik menjadi 14.000 per kilogram dalam kondisi hidup.
“Tapi sekarang anjlok lagi harganya di kisaran harga lama. Untuk penurunan harga mungkin karena banyak pemain baru, ibu-ibu jualan lewat HP, kan jadi rusak harga di pasaran,” keluh Suradi, Jumat (24/04/2020).
Akibat banyak pemain yang menjual daging secara online, maka kemudian harga pasaran tidak bisa dikendalikan lagi. Antara satu penjual dengan penjual yang lain mulai perang harga agar dagangannya laku. Hal inilah yang merusak harga jual daging ayam di pasaran dalam beberapa minggu terakhir.
Sebelum banyak penjual daging ayam online, harga daging ayam cenderung stabil. Karena ada beberapa komponen yang harus diperhitungkan sebagai biaya sebelum daging dijual ke pasar. Selain produksi, komponen yang diperhitungkan di antaranya seperti biaya penyembelihan, pembersihan bulu dan jeroannya.
“Komponen-komponen itu justru sekarang tidak diperhitungkan, ya asal laku saja dagangan mereka,” tambahnya.
Kondisi ini tentu membuat para peternak mengalami kerugian cukup besar. Seperti yang diungkapkan oleh Erfan, peternak ayam asal Desa Putat, Kecamatan Patuk. Menurut Erfan, untuk menutup ongkos produksi seharusnya ayam dijual Rp 16.000 per kilogram hidup di kandang.
Agar tetap untung, biasanya harga jual ayam hidup di kandang di level Rp 18.000. Dengan kondisi sekarang ini, maka salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menunda panen. Meskipun harus menanggung biaya produksi lebih besar, namun cara ini dipandang lebih memungkinkan.
“Kondisi sekarang ini tentu harus berpikir ulang. Harusnya saya panen Rabu kemarin, tapi pilih saya undur nunggu harga stabil. Paling tidak ada sedikit untung dari biaya yang dikeluarkan selama ini,” tutupnya.
-
Politik2 hari yang lalu
Sutradara TV Swasta Masuk Deretan Nama Bursa Pilkada Gunungkidul
-
Politik3 minggu yang lalu
Mandat PAN Turun, Mahmud Ardi Widanta Kembali Maju di Pilkada Gunungkidul
-
Peristiwa6 hari yang lalu
Kecelakaan Hebat di Jalan Baron, Dua Orang Tak Sadarkan Diri
-
Pariwisata4 minggu yang lalu
Menjelajahi Sejumlah Wisata Ekstrem di Kabupaten Gunungkidul yang Patut Dicoba
-
Pariwisata1 minggu yang lalu
Drini Park, Destinasi Wisata Anyar Yang Suguhkan Keindahan Kawasan Pesisir Selatan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Lantik 5 Pejabat Pimpinan dan Rotasi Puluhan Pegawai
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Mesum di Sekolah, Dua Guru SD Dipecat
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Dua Kendaraan Terlibat Kecelakaan di Jalan Jogja-Wonosari
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Tenggelam di Sungai Oya, Pelajar Ditemukan Meninggal Dunia
-
Sosial2 minggu yang lalu
Jamaah Masjid Aolia Gunungkidul Lebaran Hari Ini
-
Politik3 hari yang lalu
Bursa Pilkada Gunungkidul, Golkar Kantongi 2 Nama Bakal Calon Bupati
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Sunaryanta Gelar Pertemuan dengan Petinggi Gerindra, Bahas Pilkada ?