Pariwisata
Seblak Jelethot, Camilan Kekinian yang Nyeblak Di Lidah






Wonosari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Rasanya yang pedas perpaduan antara bawang bercampur kencur, cabai rawit, dan cabai merah, melumer di mulut. Sensasi pedasnya terasa segar karena irisan daun jeruk yang menambah segarnya masakan seblak yang digandrungi muda-mudi Gunungkidul ini. Katanya, saat menyantap makanan pedas tersebut, ada rasa kemepyar.
Olahan khas Sunda berupa seblak kini makin diminati dan diterima lidah masyarakat Kota Gaplek ini. Hal tersebut disebabkan seblak tidak terlalu berat dijadikan sebagai camilan. Seblak sendiri sebenarnya cukup unik. Jika kerupuk biasanya disajikan dengan digoreng, tapi diolahan Khas Bandung ini justru direbus. Namun rasanya tidak eneh sama sekali karena dipadukan dengan pedas gurih dan manis yang pas.
Salah satu pengusaha seblak di Gunungkidul ialah Regina. Gadis asli Sunda tersebut membuka outlet di Jl.Ki Ageng Giring No.60, Sumbermulyo, Kepek, Wonosari. Ia ingin mengenalkan makanan khas daerahnya ke Gunungkidul. Gadis keturunan Sunda tersebut menamai warungnya seblak seuhah dengan jargon pedasnya jeletot. Kata dan jargon itu berasal dari Bahasa Sunda yang artinya seblak pedas luar biasa pedasnya.
“Awalnya cuma iseng tapi ternyata lidah masyarakat Bumi Handayani cukup bisa menerima masakan khas Sunda ini, dalam sehari 70 porsi seblak pasti terjual,” pungkasnya.







Hanya dengan harga mulai dari Rp. 10.000 rupiah para pecinta pedas bisa menggoyang lidahnya. Anda yang tidak suka pedas tak usah coba-coba menikmati seblak ini. Bagaimana rasanya? Sungguh menggoda karena keunikan bumbu yang dicampurkan.
“Sebelumnya tumbukan bumbu seperti bawang putih, kencur dan cabai digongso dan dikasih air satu gelas, setelah mendidik dikasih cabai garam penyedap rasa dan krupuk rebus,” tutur Pemilik warung seblak di Wonosari, Regina Eghita Utami kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Minggu (18/08/2019).
Adapun variasinya, ia menyediakan toping seperti irisan baso, sosis, kwetiaw, siomay, dan otak-otak yang bisa dipilih oleh para pembeli.
Ia menyediakan lima level untuk tingkat kepedasan dari olahan kulinernya. Level itu sendiri ia tentukan dengan takaran tumbukan cabai yang akan ia olah untuk satu porsi seblak.
“Kalau level satu misalnya, satu sendok tumbukan cabai rawit ditambah satu sendok tumbukan cabai merah keriting. Jangan tanya level lima. Sama seperti namanya ya, kita kalau di’seblak’ lima kali pasti pedas rasanya di kulit,” kelakar Regina,”papar lulusan S1 Ilmu Komunikasi UPN tersebut. (ulfa)
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
Sosial4 minggu yang lalu
Istri Wakil Bupati Gunungkidul Dilantik Jadi Ketua Tim Penggerak PKK, Ini Hal yang Akan Dilakukan
-
film2 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis4 minggu yang lalu
PT Railink Raih Penghargaan 7th Top Digital Corporate Brand Award 2025
-
Uncategorized3 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
bisnis3 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
bisnis3 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu
-
bisnis4 minggu yang lalu
Catat Kinerja Positif di Tahun 2024, WOM Finance Berhasil Tingkatkan Aset 4,68 Persen
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks