fbpx
Connect with us

Sosial

Sosok Budi, Petani Penggerak Kaum Milenial yang Mampu Tingkatkan Nilai Jual Hasil Panen Hingga 100 Persen

Diterbitkan

pada

BDG

Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dunia pertanian nampaknya sangat menarik bagi Budi Susilo (43) warga Padukuhan Pampang (12/03) Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan. Pria tengah baya ini bahkan bertekad untuk memajukan dunia pertanian. Sejumlah terobosan terus ia gagas bersama dengan sejumlah rekannya yang tergabung dalam kelompok Maju Karya Pampang. Menariknya di dalam kelompok tersebut, ia banyak melibatkan para kaum milenial.

Kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Budi mengaku, awal mula ia tertarik bertani bisa dibilang memang lantaran ia sangat akrab dengan dunia ini. Sebagian keluarganya berprofesi sebagai petani. Namun begitu, selama ini ia menyadari bahwa di tengah potensi yang sangat besar ini, dunia pertanian bisa dibilang cukup suram tentunya dalam hal kesejahteraan. Ia prihatin dengan para petani yang mana hasil pertanian hanya memiliki nilai jual yang sangat rendah. Hal inilah yang kemudian membuat hampir tak ada petani yang sejahtera.

Dari pemikiran itu, ia lantas berusaha memutar otak. Dalam hatinya, ia harus mencari cara agar dunia pertanian bisa berkembang. Tak hanya dari sisi kesejahteraan saja, melainkan juga dalam hal regenerasi.

Berita Lainnya  Puluhan Tahun Tak Pernah Dapat Perbaikan, Masyarakat Gunung Gambar Urunan Puluhan Juta Perbaiki Jalan

“Saya punya lahan 8.000 meter persegi, akhirnya saya mencoba sendiri untuk mengolahnya,” papar bapak dua orang anak tersebut, Rabu (10/04/2021).

Regenerasi disebutnya adalah hal yang sangat penting. Saat ini ia melihat, dunia pertanian hampir seluruhnya diisi oleh petani yang berusia lanjut. Sangat jarang melihat sosok muda yang terjun ke pertanian. Sebuah hal yang memang wajar lantaran kondisi saat ini, petani sangat jauh dari sejahtera.

“Inilah yang menjadi dasar utama saya, bagaimana membuat konsep pertanian yang bisa mendatangkan hasil banyak. Jangan sampai kalau waktu panen harganya murah sekali. Jika ada hasil, saya yakin pasti generasi muda akan banyak berminat,” lanjut Budi.

Sebagai awalan, ia lantas mulai mengolah lahan miliknya. Sejumlah tanaman pangan ditanam dan dikembangkannya. Pada musim penghujan seperti sekarang ini, ia menggunakan tanahnya untuk bercocok tanam padi. Padi yang ia panen setiap tahunnya mampu menghasilkan gabah hingga ratusan karung.

Berita Lainnya  Jelang Liburan Akhir Tahun, Harga Komoditi Pangan Masih Stabil

“Biasanya untuk konsumsi sendiri ini cuma habis setengah dari panen. Kalau sudah musim kemarau baru dijual,” ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, ia mulai mempelajari dan mendalami konsep agrowisata. Menurutnya, konsep ini sangat menarik dan mendongkrak hasil pertanian. Di mana menggabungkan antara pariwisata dan pertanian menjadi satu.

“Awalnya memang dicibir masyarakat, karena dalam konsep agrowisata ini kan orang datang sendiri, memanen sendiri. Ini hal yang asing bagi masyarakat kita,” jelas Budi.

Tak patah arang, ia bersama dengan sejumlah rekannya tetap tak bergeming. Lahan yang ada ia manfaatkan awalnya sebagai uji coba atas konsep yang digagasnya itu.  lantas berusaha untuk memviralkan hasil panen semangka yang dijadikan agrowisata. Dari total setiap seribu meter persegi, ia mampu mendapatkan penghasilan sebanyak Rp 20 juta.

“Hasilnya cukup fantastis dan banyak generasi muda yang berminat,” kata Budi.

Dari hasil yang ia dapatkan ini, membuat sejumlah petani milinial dengan usia paling tua 39 tahun berminat dengan konsep pertanian yang ditawarkan Budi. Dengan pupuk organik yang dibuat sendiri, Budi dan rekan-rekannya mampu menjadikan pertanian dengan agrowisata menjadi mata penghasilannya.

Berita Lainnya  Nyamar Jadi Santri Keliling Desa Minta Sumbangan, Sekelompok Lelaki Diamankan Warga

“Mereka tertarik untuk bercocok tanam, memamg susah untuk membangkitkan semangat generasi muda untuk bertani, karena mereka masih kurang teguh pendirian,” tandas dia.

Pasca padi, pada bulan Februari kemarin tanah yang ia olah tersebut akan kembali disiapkan untuk tanaman agrowisata. Dengan berbasis penjualan online, sayur mayur seperti bayam, kangkung dan sawi tak lagi dijual murah. Di Bulan Mei nanti, penanaman semangka ia mulai.

“Memang berbedanya jualan online sama di pasar beda. Berbedaannya bisa naik 100%. Misalnya bayem, kalau dijual dipasar satu iket paling Rp. 500, kalau online bisa dua ribu,” jelasnya.

Dengan semangat bertani milinial, Budi mampu mengubah pendapat muda-mudi soal bertani. Terlebih saat ini banyak sekali alinstan yang digunakan untuk mempermudah pertanian.

“Dengan alinstan kami juga merasa terbantu, kemudian dengan viralnya apa yang kami lakukan sangat membantu dalam pemasaran,” pungkasnya.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler