Sosial
Bawang Impor Masuk Pasaran Gunungkidul, Harga Bawang Putih Berangsur Stabil






Wonosari, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Dua minggu pasca Hari Raya Idul Fitri, harga kebutuhan pokok yang beredar di pasar-pasar tradisional Gunungkidul telah berangsur menurun. Kendati demikian, ada beberapa komoditas yang masih mengalami kenaikan harga. Kefluktuatifan harga komoditas di pasaran masih terjadi karena dampak dari lebaran masih dirasakan. Sementara itu, harga bawang putih yang sebelumnya dikeluhkan masyarakat juga sudah mulai stabil.
“Harga bawang sudah stabil ya. Untuk bawang merah stabil di kisaran Rp. 25 ribu, sedangkan bawang putih karena kemarin ada pasokan impor stabil di angka Rp 40 ribu,” terang Sekretaris Disperindag Kabupaten Gunungkidul, Virgilio Soriano, Rabu (19/06/2019).
Lebih lanjut ia mengatakan, untuk harga ayam potong di pasaran ada kenaikan mulai sebelum Hari Raya Idul Fitri yakni di kisaran Rp. 36.000,- per kilogram sedangkan saat ini, ayam potong sudah menurun dengan harga Rp. 30.000,-. Sementara untuk sembako jenis beras stabil pada harga Rp. 11.500,- untuk yang kualitas super, sedangkan untuk beras yang standar stabil di harga Rp. 9.700,-.
Sementara untuk komoditi gula pasir dari harga Rp. 15.000,- telah turun menjadi Rp.13.000,-. Harga minyak goreng di pasaran satu liternya stabil di harga Rp. 13.000,-.
“Harga telur stabil pada Rp. 23 ribu sejak menjelang lebaran hingga sekarang,” kata dia.







Hingga saat ini terpantau, harga komoditi yang cenderung naik adalah cabai. Salah satu pedagang cabai di Pasar Argosari Wonosari, Supiyati mengatakan, harga cabai cenderung naik justru setelah lebaran. Harga cabai merah kriting yang semula harganya Rp. 20 ribu per kilogram saat ini menjadi Rp. 26 ribu per kilogram. Sedangkan cabai merah biasa yang semula Rp. 19 ribu sekarang menjadi Rp. 22 ribu.
“Semua jenis cabai mengalami kenaikan, seperti cabai rawit hijau yang semula Rp. 20 ribu menjadi Rp. 24 ribu, untuk yang merah stabil di Rp. 24 ribu,” imbuh dia.
Kenaikan cabai diperkirakan Supiyati karena banyak warga di Kabupaten Gunungkidul yang menggelar hajatan. Sedangkan pasokan dari Pasar Induk Sayur dan Buah Giwangan stoknya tidak bertambah.