Sosial
Belasan Tangki Air Bantuan KPU Sasar Desa Tepus






Tepus, (pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kekeringan di Kabupaten Gunungkidul memang menjadi masalah yang cukup serius. Kekeringan sendiri terjadi secara merata di seluruh kecamatan di Gunungkidul. Hingga saat ini, sedikitnya sudah ada sepuluh kecamatan yang telah mengajukan bantuan droping air ke BPBD Kabupaten Gunungkidul. Di antaranya ialah Kecamatan Rongkop, Girisubo, Tepus, Tanjungsari, Paliyan, Panggang, Purwosari, Nglipar dan Semin.
Melihat kekeringan di Kabupaten Gunungkidul yang kian meluas, Komisi Pemilihan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta bersama komisioner seluruh DIY memberi bantuan droping air kepada masyarakat Desa Tepus, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul. Penyerahan bantuan sendiri dilaksanakan pada Senin (03/09/2019) kemarin. Sejumlah 19 tanki air diberikan sebagai wujud kepedulian KPU terhadap bencana kekeringan yang menimpa Kabupaten yang terletak di sisi paling timur DIY ini.
“Kemarin spontanitas kami dari KPU DIY bersama seluruh KPU di DIY melakukan iuran untuk memberikan bantuan kepada masyarakat Desa Tepus,” ujar Ketua KPU Kabupaten Gunungkidul, Ahmadi Ruslan Hani kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Selasa (03/09/2019).
Desa Tepus sendiri dipilih karena dianggap sebagai daerah yang paling krisis air bersih. Dalam pemenuhan kebutuhan air bersih, masyarakat sekitar saat ini praktis hanya mengandalkan pembelian air. Bahkan mereka rela menjual ternak untuk pemenuhan kebutuhan air bersih.
“Kami lihat Desa Tepus memang sangat membutuhkan,” imbuhnya.







Di samping itu, di Desa Tepus sendiri mengalami sejumlah permasalahan sosial. Terlebih saat musim kemarau yang mana sumber air ada di dekat pantai yang jauh dari pemukiman. Ketersediaan air ada, tetapi menjadi kebutuhan berbiaya tinggi dengan harga kisaran Rp 120 ribu per tangki. Tapi ntu saja hal ini bagi warga yang berada di bawah garis kemiskinan menjadi beban ekonomi yang sangat berat.
“Yang kami sasar ada lima Padukuhan yakni Padukuhan Tepus I, Tepus II, Tepus III, Trosari I dan Gembuk, kelima padukuhan tersebut belum pernah tersasar droping air bersih,” ujar Hani.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Gunungkidul, Edy Basuki sangat mengapresiasi bantuan dari pihak organisasi swasta, pemerintah atau masyarakat yang membantu peretasan masalah kekeringan yang terjadi dengan membantu droping air. Saat ini, anggaran BPBD Kabupaten Gunungkidul sudah semakin menipis dari anggaran awal Rp. 500 juta.
“Paling-paling tinggal 700 tanki yang bisa kami berikan,” ujar Edy beberapa waktu lalu.
Banyaknya organisasi masyarakat yang melakukan droping air bersih baik melalui BPBD maupun langsung kepada masyarakat menurutnya cukup membantu di saat ketersediaan anggaran sendiri sudah semakin menipis. Sedangkan, lanjut Edy, BMKG sudah memperediksi kemarau tahun ini lebih panjang dan diperkirakan akan selesai Oktober mendatang.
“Dana pasti sudah habis masuk Oktober, tapi dana sudah habis kami akan mengajukan penambahan anggaran melalui Belanja Tidak Terduga (BTT), provinsi, hingga mengajukan bantuan ke pemerintah pusat, kalau dana tersebut habis status juga akan naik menjadi darurat kekeringan sehingga bisa dilakukan mekanisme lain,” pungkasnya.