Sosial
Duduk Perkara Penghadangan Ambulance Pengangkut Pasien Reaktif Oleh Warga Banaran






Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Wisma Wanagama milik Fakultas Kehutanan UGM telah dimanfaatkan sebagai lokasi karantina warga yang rapid testnya menunjukkan hasil reaktif. Sejak beberapa hari lalu, sejumlah orang telah menghuni ruangan-ruangan yang telah disediakan oleh pemkab dan pihak UGM tersebut. Namun, Jumat(22/05/2020) terjadi sedikit insiden yang dialami oleh relawan saat hendak menuju ke lokasi karantina tersebut.
Ambulance yang dibawa oleh relawan berisi orang reaktif rapid test justru dihadang oleh warga yang berjaga di posko Covid 19 Banaran. Warga keberatan ambulance pembawa orang reaktif melintas di jalur utama. Penghadangan ini sempat membuat sejumlah relawan maupun pasien reaktif tertahan sementara. Bahkan pihak kepolisian sempat didatangkan agar permasalahan tersebut segera terselesaikan dan pasien dapat segera sampai di lokasi karantina.
Sekretaris Desa Banaran, Andi Setiawan mengungkapkan, sebenarnya warga setempat bukanlah melakukan penolakan. Namun sesuai dengan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Gunungkidul yakni Wakil Bupati dan jajaran Gugus Tugas disampaikan bahwa jalur transportasi dari dan ke lokasi karantina bukanlah melewati jalur utama Banaran-Gading.
Menurutnya, pemerintah kala itu menyampaikan jalur yang akan dilalui armada ambulance yakni pintu masuk dari Bunder atau sebelum jembatan kali Oya ke arah selatan sampai dengan ke kawasan wisma tersebut. Pada kenyataannya, ambulance melewati jalur utama sehingga sebagian warga merasa panik dan takut.
“Warga ada yang panik dan takut kemudian memprotes relawan yang jaga di posko penjagaan covid 19 di jalur utama itu,” jelas Andi Setiawan, Minggu (24/05/2020).







Karena diprotes, relawan desa kemudian memberanikan diri untuk menghadang ambulance yang melintas pada hari Jumat itu. Dari relawan desa kemudian meminta supaya ambulance melewati jalur yang disepakati.
“Kemarin mengingatkan kepada sopir ambulance untuk melalui jalur yang jadi kesepakatan. Jadi sebenarnya bukan kesalahan warga,” tambahnya.
Selepas adanya kejadian itu, dari masyarakat, Pemdes Banaran dan pihak Pemkab Gunungkidul kemudian melakukan koordinasi. Ada opsi yang telah diutarakan, jika memang dari relawan pemkab Gunungkidul kesulitan dengan medan di pintu masuk Bunder, warga mengusulkan jalur masuk dari petak 17 kemudian keluar melalui jalur Bunder.
“Opsi itu sudah ditawarkan. Sedang akan dibahas oleh pemerintah kabupaten,” sambung Andi.
Menurutnya memang ada miskomunikasi antara pemerintah dengan warga. Saat melakukan sosialisasi, pemkab tidak menjelaskan apa itu reaktif rapid tes. Sehingga kemudian, masyarakat menyangka bahwa reaktif merupakan positif corona. Hal ini lantas menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran yang dirasakan oleh warga di sekitar jalur utama itu.
“Harapannya ada edukasi kembali dari pemerintah ke warga supaya ketakutan itu hilang. Terlebih untuk warga yang ada di pinggir jalan dan ada solusi terbaik dari pemerintah,”tegasnya.
Saat ini ambulance yang mengevaluasi orang rapid tes tetap melewati jalur utama. Dari relawan desa sendiri sejak corona menyebar luas memang terus melakukan penjagaan di titik-titik tertentu.
Terpisah, Kapolres Gunungkidul, AKBP Agus Setiawan mengungkapkan, dari kepolisian telah melaksanakan himbauan kepada masyarakat. Dari pihak kepolisian sendiri juga ikut dalam koordinasi dalam penyelesaian permasalahan tersebut.
“Sudah ada komunikasi antara medis, relawan, dan masyarakat,” papar Kapolres.
Sementara itu, Ketua PMI Gunungkidul, Iswandoyo mengaku keberatan dengan jalur Hutan Bunder yang diminta untuk menjadi jalur masuk pasien ke Wisma Wanagama. Menurutnya, berdasarkan laporan dari para pengemudi ambulance maupun relawan, jalur tersebut cukup curam dan tidak layak untuk dilalui.
“Jalurnya berbahaya, apalagi untuk kendaraan-kendaraan berukuran besar seperti ambulance,” ucap dia.
Iswandoyo meminta adanya pengertian dari warga setempat berkaitan dengan jalur transportasi para pasien reaktif. Ia menyebut bahwa prosedur pengangkutan itu sangat aman dan tidak akan sampai memicu penularan virus.
“Ada protokol ketat yang kita terapkan, semua aman. Masyarakat bisa tenang,” tutupnya.