Sosial
Perayaan HUT Paroki Wonosari Berlangsung Sederhana, Umat Katolik Diajak Hidupkan Kembali Semangat Kemartiran






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Umat katolik Paroki Petrus Kanisius Wonosari merayakan hari ulang tahun paroki ke-69 secara sederhana pada Selasa (27/04/2021) kemarin. Perayaan ekaristi dan potong tumpeng menjadi acara pokok yang diharapkan dapat semakin menghidupkan semangat kemartiran dalam keseharian di masyarakat.
Romo Diakon Gregorius Dedy mengatakan kegiatan yang dilakukan tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh katolik, kemudian juga 57 ketua lingkungan Paroki Wonosari. Ia mengingatkan kembali kegigihan para romo jesuit merintis karya penghimpunan umat katolik di Kabupaten Gunungkidul 98 tahun silam.
Hingga kemudian diakui semula bagian dari stasi Kota Baru Yogyakarta berdiri sebagai paroki pada 27 April 1952 oleh uskup Mgr Albertus Sugiyopranoto, membidani dua paroki Bandung Playen dan Kelor Karangmojo.
Sampai akhirnya gereja tertua di Gunungkidul diserahkan Provinsial Jesuit kepada Keuskupan Agung Semarang, dimana karya penggembalaan umat katolik masih terus berlangsung sampai hari ini.
“Itulah estafet kemartiran. Martir tidak selalu mati membela agama. Tetapi, martir berarti bersaksi hidup akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat. Tugas itu tidak hanya berhenti hanya pada imam atau romo saja, tetapi tugas untuk setiap umat katolik. Semua umat katolik mendapat tugas kemartiran itu,” tandas romo muda yang menempuh pendidikan iman kitab suci di Vatican, Roma.







Dalam kesempatan ini juga diharapkan untuk bisa terwujudnya kerukunan masyarakat Gunungkidul, keselamatan masyarakat dari pandemi covid-19 yang masih saja terjadi.
Wakil Ketua Paroki Petrus Kanisius Wonosari, Mateus Broto Sugondo mengatakan, sekarang ini paroki Wonosari tengah memusatkan perhatian dimulainya program pelayanan baru untuk lima tahun menyambut Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang dan Arah Dasar untuk lima tahun kedepan. Yang meliputi bidang tata kerumahtanggaan, tata liturgi, tata pewartaan, penelitian dan pengembangan (litbang), serta tata bidang pelayanan kemasyarakatan.
“Kami sedang berupaya mengajak seluruh umat katholik untuk lebih mengenal rangkaian program paroki berkesinambungan sebagai alur spiritualitas karya dalam hidup di tengah keluarga paguyuban katolik maupun karya di lingkungan masyarakat dan negara,” kata Broto.