bisnis
Belajar Membuat Eco Enzyme, Cairan Seribu Manfaat dari Fermentasi Sampah Dapur





Patuk,(pidjar.com)–Berawal dari banyaknya sampah rumah tangga yang banyak di lingkungannya dan bau kotoran ayam yang sangat mengganggu, Jumirah beberapa bulan terakhir berusaha mencari solusi agar permasalahan itu dapat terpecahkan. Belum lama ini dirinya mulai memproduksi eco enzyme dari sisa-sisa kulit buah dan sayuran.
Jumirah merupakan warga Padukuhan Jatikuning, Kalurahan Ngoro-oro, Kapanewon Patuk. Beberapa bulan lalu mendapat pelatihan secara online untuk mengolah sisa sayuran segar dan kulit buah-buahan. Dimana limbah rumah tangga tersebut difermentasi terlebih dahulu untuk menjadi cairan yang bermanfaat.
Kepada pidjar.com, Jumirah menceritakan proses pemuatan eco enzyme ini dimulai dari pengumpulan sisa sayuran dan kulit buah yang masih sangat segar. Kemudian dicuci bersih dan di potong menjadi kecil-kecil, dari situ ditambahkan tetes tebu atau bisa juga diganti dengan gula jawa atau gula aren dan ditambah air PAM yang sudah diendapkan selama 24 jam.
“Kalau air sumur bisa langsung, tapi kalau dari PAM harus didiamkan 24 jam agar kandungan kapurnya mengendap,” kata Jumirah, Minggu (24/10/2021).
Ia mengjelaskan untuk perbandingannya sendiri 1 kg tetes tebu atau gula jawa tersebut dicampur dengan 3 kg sisa buah dan sayur yang masih segar serta 10 liter air bersih. Bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam sebuah botol tebal dan didiamkan selama 3 bulan.
“Selama proses fermentasi itu di seminggu pertama dan setiap satu bulan tutup botol dibuka untuk mengeluarkan gas yang terkandung didalamnya,”jelas dia.
“Untuk jenis sisa sayuran atau kulit buah itu harus 5 jenis, misalnya kulit pisang, kulit pepaya, bongkot kangkung, kulit buah naga, kulit jeruk. Sedangkan yang perlu dihindari misal sawi, kobis, kulit alpukat, kakao,” kata dia.
Setelah 3 bulan jadi, cairan berwarna coklat pekat kehitaman ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan obat diantaranya, mengobati luka terbuka dengan dioles-oles cairan ini secara rutin akan cepat keringnya. Kemudian menghilangkan bau kotoran ayam dengan menyemprotkan cairan yang dicampur air, gatal-gatal, penjernih air, luka bakar, dan lainnya.
Meski setiap bulan memproduksi eco enzyme ini, tapi Jumirah tidak menjualnya. Ia hanya memberikan sampel kepada warga di luar daerahnya. Kemudian ia memberikan semacam pelatihan kepada mereka untuk ikut dalam pembuatan cairan ini.
“Tidak dijual saat pertemuan saya bawakan sampel kecil-kecil. Jadi apa yang sudah saya lakukan ini saya tularkan ke ibu-bu rumah tangga disekitar sini dan daerah lain agar bisa memproduksi sendiri. Ini kan juga berbasis pemberdayaan masyarakat,” paparnya.
Jumirah sendiri telah menginspirasi ibu-ibu di beberapa daerah untuk membuat eco enzyme untuk mengurangi produksi sampah rumah tangga. Disamping itu juga memecahkan solusi manakala bau kotoran ayam sangat menyengat pada waktu tertentu. Saat disemprotkan air yang dicampur eco enzyme setiap 3 hari sekali, bau kotoran akan hilang.


-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Tabrakan di Kepek, 2 Pelajar SMA Tewas
-
Hukum2 minggu yang lalu
Ajak Check In Bocah SD, Remaja 19 Tahun Diamankan Polisi
-
Kriminal2 minggu yang lalu
Klithih Beraksi di Jalan Wonosari-Jogja, Serang Pemotor Wanita
-
Hukum3 minggu yang lalu
Siswi SMP Disetubuhi Kakeknya Hingga Berkali-kali
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Dipicu Hamil di Luar Nikah, Ratusan Anak di Gunungkidul Ajukan Dispensasi Nikah
-
Kriminal2 minggu yang lalu
Tertangkap Bobol Home Stay, Dua Pelajar Babak Belur
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Ikuti Google Map, Pengemudi Wanita dan Anaknya Tersesat Hingga ke Tengah Hutan
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Mengaku Hendak Diadopsi, Bayi 1 Hari Ternyata Dijual di Media Sosial
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Gedung Pusat Oleh-oleh Produk Gunungkidul Dibangun di Kawasan Krakal
-
Pariwisata3 minggu yang lalu
Jaya Hingga Ambruknya Obyek Wisata Sri Gethuk Yang Sempat Hits
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
JJLS Tersambung 2025 dan Kekhawatiran PHRI Jalur Kota Sepi Wisatawan
-
Info Ringan4 minggu yang lalu
Mencicipi Apem Jawa Sang Raja Yang Digadang Jadi Oleh-oleh Khas Gunungkidul