Pariwisata
Curhat Pengelola Ngopi in The Sky, Butuh Bimbingan, Bukan Penutupan Tanpa Solusi
Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pro dan kontra mengenai pemanfaatan crane menjadi sebuah wahana anyar Ngopi in The Sky di obyek wisata Teras Kaca Pantai Nguluran masih menjadi pembicaraan dan perhatian oleh sejumlah kalangan. Saat ini pihak pengelola sendiri memilih untuk menutup sementara waktu wahana yang baru diluncurkan dan diujicobakan pada awal Januari ini. Hal tersebut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan oleh Pemda DIY atas penutupan sementara wahana gondola sembari menunggu perizinan.
Pemilik Teras Kaca Pantai Nguluran, Nur Nasution mengungkapkan, sejak wahana tersebut dirilis, memang banyak pro dan kontra yang muncul. Pada saat itu sempat ada petugas dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY yang datang ke lokasi untuk melakukan pengecekan dokumen serta keamanan. Di mana tak berselang lama Pemda DiY kemudian merekomendasikan adanya penutupan wahana tersebut karena dirasa kurang aman dan pemanfaatan crane yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Pro dan kontra kemudian terus muncul dari sejumlah pihak yang mengomentari pemanfaatan crane untuk mengangkat gondola dengan kapasitas 20 pengunjung dan 4 kru itu. Dari Dinas Pariwisata Gunungkidul sendiri juga terjun ke lapangan untuk mengecek dokumen serta perizinan. Namun begitu, tak sedikit pula yang mengapresiasi inovasi dalam wisata tersebut. Bahkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno pun juga turut berkomentar dengan memberikan apresiasi atas terobosan yang dilakukan pengelola Pantai Teras Kaca.
Namun demikian, permasalahan ini hingga masih belum ada titik terang. Sebenarnya dari pihak pengelola memiliki harapan ada bimbingan dan arahan dari pemerintah, bukan hanya sekedar rekomendasi tutup sementara waktu sampai batas yang tidak ditentukan dan tanpa adanya solusi yang diberikan.
“Kami membutuhkan bimbingan, bukan penutupan tanpa solusi,” terang Nur Nasution, Selasa (18/01/2022).
Menurut Nur, berkaitan dengan keamanan wahana di obyek wisata miliknya ini sebenarnya telah terjamin. Dicontohkannya, crane yang digunakan untuk wahana Ngopi in The Sky disebutnya ada izin. Namun saat dilakukan inspeksi oleh petugas dari pemerintahan pada awal Januari lalu, dokumen tersebut ada di Jakarta. Sehingga kemudian terjadi misskomunikasi dan bahkan beredar kabar crane yang ia gunakan tak berizin. Sebenarnya berkas crane tersebut lengkap dan masih berlaku expired date pemeliharaan selama 2 tahun.
Berkaitan dengan keamanan ia menjelaskan, safety pengunjung merupakan hal yang paling utama bagi pihaknya. Perawatan crane dilakukan setiap hari dan pengecekan total setelah 3 hari pemakaian untuk slink serta alat-alat lainnya. Selain itu crane yang digunakan tersebut sudah tergolong modern dengan digital beban tonase dan menggunakan double slink yang mampu mengangkat beban sampai dengan 32 ton. Namun pada prakteknya, beban tonase sendiri hanya digunakan maksimal 3 ton untuk menjamin keamanan dan kenyamanan para pengunjung.
“Pengunjung kami pakaikan belt yang dikaitkan dengan 5 sistem penguncian dengan kursi. Beban tonase juga tergolong rendah jika dibandingkan dengan kapasitasnya, sementara untuk ketinggian kita hanya 20 sampai 30 meter saja dari tanah. Jika dibandingkan dengan yang di luar negeri gini sangat jauh sebab mereka bisa naik 50 sampai 100 meter,” jelas dia.
Di samping itu, gondola dengan crane ini beroperasi hanya pada cuaca cerah saja. Jika terjadi hujan dan angin kencang pastinya akan segera dihentikan dan segera diturunkan untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Pihak pengelola pun juga sudah mempersiapkan segara berbagai langkah antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya saja dengan P3K yang sudah disiapkan, terdapat oksigen yang bisa digunakan jika ada kejadian yang tidak diinginkan.
Lebih lanjut ia mengatakan, pemanfaatkan crane untuk mengangkat gondola dan menjadikan sebuah wahana anyar yaitu Ngopi in the Sky tersebut merupakan sebuah gagasan yang tidak sembarang. Sebab di Indonesia sendiri belum ada. Ia meniru dari negara-negara besar di dunia. Berkaitan dengan perizinan menurutnya izin sudah ada namun memang ada hal-hal yang di luar kapasitasnya sehingga izin tersebut ternyata berstatus dicabut.
“Mungkin ada yang jahil sehingga izin operasional kami berstatus dicabut padahal bukan kami yang mencabutnya. Kemudian untuk CHSE kami sebetulnya sudah punya namun karena pandemi selama 2 tahun kami sepertinya kecolongan dengan CHSE tersebut selain itu kami melihatnya karena adanya wahana baru di satu wilayah di Teras Kaca kami kemarin itu berpikir tidak membutuhkan izin lagi. Kalaupun ini menjadi sebuah temuan kami minta maaf dan saat ini kami sedang mengurus perizinan, CHSE,dan tambahannya stressing kami di keamanan pengunjung atau para tamu yang berkunjung,” tandasnya.
“Ke depan jika memang semuanya sudah selesai tentu akan ada inovasi baru yang kami kembangkan. Harga di kami sangatlah terjangkau untuk semua lapisan masyarakat karena hanya 100 ribu, sedangkan jika di luar negeri bisa mencapai 2 juta bahkan lebih. Seperti kata Pak Menteri #WisatadiIndonesiasaja, tentunya dengan inovasi ini bukan tidak mungkin semakin menggeliatkan ide dan kreatifitas,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Himpunan Lembaga Tinggi Pariwisata Indonesia, Hendro mengungkapkan jika dengan beroperasinya wahana gondola Ngopi in the sky di Teras Kaca ini memiliki nilai positif bagi dunia pariwisata di Indonesia, khususnya di DIY. Sebab di Indonesia sendiri baru ada satu wahana yang demikian. Menjadi sebuah hal yang sangat ditunggu-tunggu jika Kementerian, Pemda DIY, Pemkab Gunungkidul dan pihak pengelola bersinergi untuk mengembangkan destinasi wisata dengan ide kreatif dan memperhatikan keamanan.
“Pasti semua lini terdorong untuk mengembangkannya,” ujar Hendro.
Berkaitan dengan penutupan sementara yang direkomendasikan oleh Pemda DIY ia mengatakan jika semuanya merupakan kewenangan dari pemerintah. Namun ia juga memberikan catatan jika perlu dilihat kembali hal-hal lainnya.
“Ini merupakan inovasi yang sangat bagus untuk pengembangan destinasi dengan memiliki spesifikasi yang atraktif. Sosialisasi faktor-faktor yang diragukan oleh itu sangat diperlukan. Pun demikian dengan memenuhi CHSE itu juga sangat perlu,” tutup dia.
-
Sosial1 minggu yang lalu
Momen Sunaryanta Menyamar Untuk Nonton Karnaval HUT Gunungkidul
-
Olahraga3 minggu yang lalu
PON XXI Aceh, PDBI Gunungkidul Sabet Juara Umum 2
-
Sosial1 minggu yang lalu
Hari Jadi ke 194, Gunungkidul Night Carnival Jadi Momen Tingkatkan Ekonomi dan Eksistensi Kesenian
-
Olahraga3 minggu yang lalu
Kejurkab Gunungkidul, Ganeksa Bhumikarta Rebut Gelar Juara Putra
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Tertabrak Fortuner, Pemotor di Gunungkidul Terseret 20 Meter Hingga Tewas
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Ratusan Kilometer Jalan Rusak, Pemerintah Usulkan Perubahan Status di Sejumlah Titik
-
Pemerintahan2 hari yang lalu
Digelontor Anggaran 1,29 Miliar, Wakil Ketua DPRD Gunungkidul Akan Terima Mobil Dinas Baru
-
Hukum4 minggu yang lalu
Ngaku Bisa Gandakan Uang, Dukun di Gunungkidul Diringkus Polisi
-
Hukum2 minggu yang lalu
Sempat Disekap di Rumah Kosong, Siswi 11 Tahun Dicabuli Pemuda Bejat
-
Sosial4 minggu yang lalu
Ardi di Depan Umat Katholik: Hanya di Era Sunaryanta Insiden SARA Tak Pernah Terjadi
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Gelontoran Anggaran dari Pusat Untuk Pengembangan Pangan Akuatik di Gunungkidul
-
Politik1 minggu yang lalu
Rekomendasi DPP PDIP Turun, Pimpinan Definitif DPRD Gunungkidul Segera Dibentuk