fbpx
Connect with us

Pariwisata

Menikmati Eloknya Pemandangan Hijau di Kampung Emas, Jauh dari Kota, Dekat dengan Alam

Diterbitkan

pada

BDG

Patuk,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Cuaca cerah di Kabupaten Gunungkidul belakangan ini tentu sangat cocok digunakan untuk berlibur dan merefresh kembali pikiran setelah penat menjalankan aktifitas saat hari kerja atau melakukan aktifitas yang menguras tenaga. Salah satu tempat asyik nan syahdu untuk menghabiskan waktu bersama teman atau keluarga di akhir pekan yakni di Kampung Emas. Di mana tempat ini berada d di lereng Gunung Api Purba Nglanggeran. Beberapa aktifitas dapat dilakukan di tempat ini sembari menunggu matahari tenggelam.

Pidjar.com akan sedikit membahas mengenai tempat yang sering kali di buru oleh para pemuda, khususnya mereka yang hobi memburu tempat berfoto. Mencoba menjalani aktifitas di tengah sawah sembari bercengkerama dengan sahabat di tempat ini tentu tidak ada salahnya. Pengunjung dapat menyusuri pematang sawah yang ditanami padi hijau kemudian menyusuri aliran sungai Watu Joglo di lereng Gunung Api Purba Nglanggeran.

Tempat ini sendiri berada di Padukuhan Plumbungan, Desa Putat, Kecamatan Patuk. Untuk mencarinya tak begitu sulit pasalnya jika dari arah Wonosari pengunjung dapat melewati jalur menuju obyek wisata Gunung Api Purba. Atau jika menggunakan batuan Google Maps pun juga jauh lebih muddah untuk menemukan tempat yang tengah digandrungi oleh banyak orang tersebut.

Berita Lainnya  Momen Libur Nataru, Kawasan Wisata Gunungkidul Ditargetkan Dikunjungi Hampir 150 Ribu Wisatawan

“gampang kok kalau mencari tempat ini. Sudah banyak pula yang tahu mengenai keberadaan KAmpung Emas yang menyuguhkan panorama hijau dengan hamparan sawah,” kata Ketua Pokdarwis Kampung Emas, Andri Purwanto kepada pidjar-com-525357.hostingersite.com, Minggu (28/07/2019).

Setibanya di kawasan ini, untuk sampai di titik yang menyuguhkan keindahan Gunungkidul dan menghabiskan waktu hingga matahri tenggelam, pengunjung harus berjalan menyusuri sungai. Sayangnya dimusim kemarau ini airnya hanya tinggal sedikit lantaran mengering, hari biasa jika airnya ada pengujung dapat mendapatkan sensasi lain. Karena kaki akan derasa dingin dan segar saat memijak satu persatu batuan sungai yang diselimuti air.

Panjang dari track ini sendiri hanya sekitar hanya satu kilometer, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk berjalan. Namun ada alternative lain yakni biasa menyusuri pematang sawah yang ada. Pemandangan yang didapat sendiri yanki hamparan sawah yang luas juga pohon-pohon di pinggiran sawah cukup memberikan hawa segar. Angin yang bertiup pun semakin menambah kesyahduan menghabiskan waktu di tempat ini

“Para wisatawan yang memilih untuk treking kami beri fasilitas topi anyaman bambu khas petani. Jadi mereka (pengunjung) berasa layaknya petani,” imbuh Andri.

Menurut di, tempat ini sejak dibuka memang cuup ramai. Pasalnya tempat-tempatseperti ini justru sangat jarang ditemukan di kawasan lain khususnya kota. Sehingga pengunjung dapat benar-benar melepas penat dan jauh darri hiruk pikuk perkotaan.

Daya tarik lainnya yakni pengunjung akan disuguhi longsoran bebatuan raksasa dari Gunung Api Purba Nglanggeran. Dimana pada lokasi ini seringkali mengundang keinginan pengunjung untuk mengabadikan moment. Spot foto yang disuguhkan di tempat ini sendiri sangatlah instagramable.

Setelah puas dengan swafoto para wisatawan akan diarahkan menuju gazebo di Kampung Emas. Jika lapar usai menyusuri sungai dan menikmati indahnya hamparan sawah milik para petani, penghunjung juga biasa memesan ingkung berkat dalem yang diolah langsung oleh masyarakat sekitar. Dengan membayar Rp. 175.000, diberikan satu ayam kampung olahan dengan bumbu khas pedesaan. Hidangan jaman dulu pun juga disediakan untuk memanjakan lidah para pengunjung.

“ada beberapa olahan makanan yang kami sediakan. Konsep tempo dulu dan dekat dengan kehidupan masyarakat pada umumnya kita ambil untuk memberikan kesan dan kenang-kenangan pada pengunjung,” tambah dia.

Terlebih nasi uduk yang sangat gurih menambah kenikmatan santapan khas tempo dulu. Adapula ubo rampe ingkung seperti urap, potongan kacang panjang abon dan cemilan yang menjadi andalan masyararakat desa yakni rempeyek.

“Ini satu tampah bisa untuk lima porsi,” tutur Andri.

Nunsa khas pedesaan semakin kental karena hidangan ingkung disertai dengan minum teh yang tekonya terbuat dari tanah liat. Saat matahari tenggelam pun suasana akan berubah drastic, dimana lokasi ini benar-benar memberikan kesan yang berbeda. Sepi dan jauh dari suara kendaraan serta polusi udara yang sering kali di jumpai dipusat puast kota.

Iklan
Iklan

Facebook Pages

Iklan

Pariwisata

Berita Terpopuler