Pemerintahan
Satu Keluarga Terkena BTA TBC Positif, 5 Keluarga di Sekitar Terancam




Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Diagnosis TBC dapat ditengarai berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik oleh dokter, serta pemeriksaan penunjang terutama foto rontgen dada dan pemeriksaan BTA (bakteri tahan asam). BTA dikatakan positif bila ditemukan adanya kuman TBC yang bersifat tahan asam melalui pemeriksaan mikroskopis. Pasien TBC dengan BTA positif memiliki risiko penularan pada orang lain lebih besar karena dahaknya mengandung kuman TBC. Kebiasaan merokok dituding menjadi salah satu faktor yang membuat potensi penyebaran kuman TBC lebih besar.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabuapten Gunungkidul, Priyanta Madya mengatakan bahwa TBC merupakan bakteri yang sangat mudah penularannya. Bahkan menurut pihaknya, jika ada satu keluarga positif BTA, maka lima rumah di sekitar lingkungannya sangat mungkin berisiko tertular.
"Melalui udara itu sangat cepat penularannya. TBC juga akan terus bertambah jika di suatu lingkungan sudah ada positif karena memang sangat mudah penularannya," terang Priyanta, Jumat (30/03/2018).
Pasien TBC dengan BTA positif memiliki risiko penularan pada orang lain lebih besar. Karena dahaknya mengandung kuman TBC. Seperti kita ketahui, TBC ditularkan melalui percikan dahak saat batuk. Semakin besar tingkat positif dahak pada pemeriksaan BTA, maka risiko penularan pada orang lain semakin besar. Sedangkan pada BTA negatif tetap dapat memiliki risiko penularan namun lebih kecil dibandingkan BTA positif.
"BTA negatif ciri-cirinya, dahak memang tidak mengandung kuman TBC. Dahak yang diperiksa lebih banyak liur, misal karena pasien sulit mengeluarkan dahak," lanjut Priyanta.




Penyebaran TBC selama ini terpantau lebih banyak dilakukan oleh kaum pria. Pasalnya aktifitas dari mereka lebih banyak dibanding wanita. Selain itu, kebiasaan merokok juga memicu terjadinya virus TBC.
"Kebiasaan merokok meningkatkan risiko 2,2 persen penyakit TBC," beber dia.
Wujudkan Indonesia Bebas TBC Tahun 2035, Dinas Sisir Penderita TBC di Gunungkidul
Untuk mengurangi potensi penyebaran TBC tersebut, Dinas Kesehatan Gunungkidul akan melakukan penyisiran terhadap warga Gunungkidul penderita TBC. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi potensi penyebaran yang lebih tinggi di kalangan masyarakat. Data dari WHO, TBC saat ini merupakan masalah global yang sangat rentan menyebar. Dari 100.000 orang penduduk, terdapat 336 orang yang menderita TBC. Menjadi sangat rentan lantaran berdasarkan riset yang dilakukan, setiap orang penderita bisa menularkan bakteri TBC kepada 15 orang yang sehat.
Pengawas dan Supervisor Dinas Kesehatan Gunungkidul, Murgiono menyebut, potensi penyebaran TBC di Gunungkidul sendiri meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2016, terdapat 429 penderita TBC yang berhasil terdeteksi. Jumlah ini terus meningkat lantaran di tahun setelahnya, yaitu 2017, jumlahnya meningkat menjadi 472 orang.
Ia menambahkan, jumlah penderita TBC di Gunungkidul sendiri berpotensi lebih banyak lantaran diakui bahwa belum semua penderita terdeteksi oleh pihaknya. Pihaknya menargetkan untuk bisa menemukan 1.052 penderita TBC di Gunungkidul.
“Kepada warga yang telah terdeteksi menderita TBC, kita akan memberikan obat-obatan serta pengobatan secara gratis,” papar dia.
Terdeteksinya para warga Gunungkidul penderita TBC ini nantinya akan sangat berguna bagi pihaknya dalam menentukan kebijakan maupun langkah lanjutan guna mengantisipasi penyebaran TBC di Gunungkidul. Untuk itulah kemudian pihaknya mengambil kebijakan untuk mengedepankan penelusuran mendalam di lingkungan warga masyarakat. Terkait hal ini, ia meminta partisipasi dari semua pihak agar hasil penelusuran bisa berjalan maksimal.
“Ini sebagai langkah kami dalam mewujudkan Indonesia bebas TBC pada tahun 2035 mendatang,” tandas dia.
Adapun deteksi dini terhadap TBC dapat dilihat jika dalam potensi batuk yang tak sembuh-sembuh selama 2 minggu. Jika menemukan kondisi tersebut, ia meminta kepada masyarakat untuk cepat-cepat memeriksakan diri.
Hal senada diungkapkan oleh Kepala Seksi Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DIY Setyarini Restu Lesatari. Menurut dia, penyisiran terhadap penderita TBC merupakan salah satu upaya pencegahan agar penularan tidak semakin meluas.
“Ya kalau tidak diketahui maka penyebaran akan semakin tinggi. Beda kalau bisa ditemukan karena langsung dilakukan penanganan dengan cara diobati,” katanya.
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Sosial6 hari yang lalu
43 Tahun Berdayakan UMKM Gunungkidul, Koperasi Marsudi Mulyo Terus Berinovasi
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Info Ringan1 minggu yang lalu
Dibalut Horor, Film Petaka Gunung Gede Angkat Kisah Sahabat Sejati
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
3 Korban Laka Laut Pantai Drini Ditemukan Meninggal, 1 Masih Dalam Pencarian
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Kembali Pecat 2 ASN Yang Terlibat Skandal Asusila
-
Sosial2 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Kukuhkan Pengurus FPRB Baru
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Gelontoran Anggaran Rp 1,5 Miliar Untuk Perbaikan Gedung Sekolah
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Jumlah Pengguna Kereta Api Membludak saat Libur Panjang, PT KAI Daop 6 Klaim Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
-
Peristiwa7 hari yang lalu
Aliansi Jaga Demokrasi Bersama BEM DIY Demo Tuntut Adili Jokowi
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Atasi Permasalahan Sampah, Pemkab Gunungkidul Jalin Kerjasama Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar Alternatif
-
bisnis1 minggu yang lalu
Penumpang KAI Bandara Yogya Naik 11 Persen pada Januari 2025