Sosial
Sebagian Lahan Pertanian di Gunungkidul Akan Panen Padi Pada Musim Paceklik






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Sebagian wilayah di Gunungkidul akan mengalami panen padi di musim paceklik pada tahun 2019 ini. Pasalnya, saat ini telah dilakukan tanam padi ke-3 yang rencananya akan dipanen pada akhir tahun mendatang.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto menjelaskan, pada akhir Agustus kemarin, sejumlah wilayah melakukan gerakan tanam padi di lahan persawahan. Tanam padi kali ini menurut Bambang cukup menarik lantaran menjadi yang ketiga pada musim ini.
“Gerakan tanam padi di masa tanam ke tiga ada di sebagian Kecamatan Nglipar, Ponjong, Semin dan Patuk. Luasan kira-kira 30-50 hektar,” ujar Bambang, Rabu (04/09/2019).
Ia menjelaskan, pada masa tanam ke 3 ini, dua varietas padi digunakan, yakni IR 64 dan Mapan 05. Sehingga nanti diharapkan pada akhir tahun dapat panen dan menambah stok beras di Gunungkidul.
“Memang bisa dan memungkinkan 3 kali panen di wilayah-wilayah itu. Jadi pas musim paceklik kita malah bisa panen. Waktu stok pangan milik petani mulai habis ini bisa nambah,” kata Bambang.







Lebih lanjut dikatakannya, sebenarnya hasil beras padi lokal mempu mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat di Gunungkidul. Namun demikian, budaya masyarakat di sini tidak pernah menjual berasnya di pasaran.
“Tidak ada yang jual, biasanya disimpan sendiri untuk kebutuhan mereka. Ditumpuk berupa gabah dan dimanfaatkan secukupnya,” jelas dia.
Sehingga kata Bambang, sangat sedikit sekali bahkan hampir tidak ada beras lokal yang ditemui di pasaran. Pangsa pasar beras Gunungkidul sendiri saat ini dikuasai oleh wilayah Klaten dan Purworejo.
“Kalau segi kwalitas beras putih kita kalah pulen kalah wangi dengan beras Klaten. Karena tekstur tanahnya memang berbeda, kita tanah kapur,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pertanian, Raharjo Yuwono menambahkan, Gunungkidul secara luas lebih cocok ditanami padi jenis beras merah. Sebab, jenis padi tersebut sangat tahan terhadap lahan kering yang sangat erat kaitan dengan bencana kekeringan di Gunungkidul.
“Cocok untuk lahan kering. Terutama di wilayah selatan seperti Girisubo, Rongkop, Tepus,” kata Raharjo.
Selain itu, keunggulan padi beras merah ialah memiliki masa panen yang lebih cepat dibandingkan varietas padi yang saat ini banyak beredar di masyarakat. Sehingga pengelolaan waktu dalam ketersediaan air lebih menguntungkan.
“Cepet panen cepet tanam musim keduanya sehingga tidak tertinggal hujan. Beras merah ini punya pasar tersendiri bagi, utamanya penikmat hidup sehat. Karenanya beras merah banyak diburu,” lanjut dia.
Namun, di balik segala kelebihan itu terdapat kekurangan yang dimiliki. Yakni berkaitan dengan produktifitas padi kering yang dihasilkan.
“Kelemahanya produktifitas kalah dari varitas unggul baru misal ciherang. Rata-rata produktifitas segreng sampai 5 ton per hektar sedang vub bisa 7-8 ton per hektar,” imbuh dia.