Pemerintahan
Bersaing dengan Bawang Putih Impor, Petani Logandeng Mulai Kembangkan Lagi Bawang Putih Lokal






Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)—Sejak beberapa tahun lalu, petani di Kalurahan Logandeng, Kapanewon Playen yang tergabung di kelompok tani Gmah Ripah mulai mengembangkanpenanamanbawang putih lokal jenus lumbu putih. Dengan demikian, harapan petani yakni masyarakat lebih memilih untuk bawang lokal dan tidak bergantung dengan bawang putih impor.
Kepala bidang Perkebunan dan Hortikultura, Budi Sudartanto mengatakan pengembangan bawang putih lokal ini merupakan salah satu upaya dari petani dalam melestraikan varietas ini. Dulunya, bawang putih sempat Berjaya dan mampu mencukupi permintaan masyarakat. Namun seiring dengan munculnya bawang cuting kemudian masyarakat mulai beralih.
Dari dinas sendiri mengapresiasi langkah yang diambil oleh kelompok tani ini dalam pengembangan bawang putih lokal. Jika dilihat dari ukuran, bawang lokal memang lebih kecil, akan tetapi aromanya lebih kuat.
“Tentunya kami sangat mengapresiasi. Pendampingan oleh petugas pertanian juga terus dilakukan. Sebisa mungkin diberi arahan, perbantuan teknik-teknik dan pengetahuan lainnya lah,” kata Budi, Kamis, (25/06/2020).
Lebih lanjut ia mengatakan untuk tahun lalu, dari pengembangan yang dilakukan hasil panen tahun lalu mencapai 200 kg dan kemudian dipasarkan ke masyarakat sekitar sekitar 150 kg. Tahun ini nampaknya untuk memaksimalkan hasil panen juga akan dilakukan perluasan lahan.







Selain di Logandeng, petani di Kalurahan juga mulai melakukan pengembangan bawang putih lokal. Hanya saja untuk di Karangrejek sementara lingkupnya kecil. Hasil dari panen mereka sebagian dijual dan ada sebagian yang dikonsumsi sendiri.
“Di Gunungkidul sebenarnya potensi pengembangan bawang putih lokal itu besar kok. Meski masih minim tapi paling tidak bisa menekan sedikit ketergantungan bawang impor,” tambahnya.
Ketua Klomtan Gemah Ripah, Sugiman mengakui jika sebenarnya bawang lokal telah dikembangkan oleh para petani sejak tahun 2000 lalu. Namun seiring dengan masuknya bawang impor, maka budidaya atau pengembangan yang dilakukan masyarakat mulai terhenti. Barulah, para petani dan didukung oleh pemerintah kemudian berupaya mengembalikan bpengembangan bawang putih lokal.
Jatuh bangun dalam pengembangan varietas ini tentu dirasakan oleh para petani. Mulanya, hasil panen tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan oleh para petani. Namun dasar gigihan mereka kemudian terus dicoba dan hasilnya mulai menunjukkan hasil yang jauh lebih baik.
Semula hanya sekitar 35 kg saja hasil panennya kemudian meningkat menjadi 217 kg. Para petani pun berupaya sedemikian rupa untuk tetap mengembangkan bawang putih lokal ditengah persaingan yang ketat dengan bawang impor.
“Ya terus diupayakan untuk pengembangannya,” ungkap Sugiman.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Bupati Endah Harapkan Tradisi Urbanisasi Mulai Berkurang
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Akhirnya Gunungkidul Akan Kembali Punya Bioskop
-
film3 minggu yang lalu
Diputar Bertepatan Momen Lebaran, Film Komang Ajak Rayakan Perbedaan
-
bisnis4 minggu yang lalu
Hadirkan Zona Baru, Suraloka Interactive Zoo Siap Berikan Pengalaman Interaktif dan Edukatif
-
Sosial2 minggu yang lalu
Komitmen HIPMI Gunungkidul Jaga Kebersamaan dan Dukung Kemajuan Investasi Daerah
-
Uncategorized4 minggu yang lalu
Milad ke 12, Sekolah Swasta Ini Telah Raih Ribuan Prestasi
-
Peristiwa3 hari yang lalu
Disiram Air oleh DC, Lurah Krambilsawit Bakal Lapor Polisi
-
bisnis4 minggu yang lalu
Sambut Lebaran 2025, KAI Bandara Beri Diskon Tiket dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Pemeriksaan Selesai, Bupati Segera Jatuhkan Sanski Terhadap 2 ASN yang Berselingkuh
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Kebakaran di Rongkop, Bangunan Rumah Hingga Motor Hangus Terbakar
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puluhan Sapi di Gunungkidul Mati Diduga Karena Antraks
-
Peristiwa4 minggu yang lalu
Jelang Lebaran, Polisi Himbau Warga Waspadai Peredaran Uang Palsu