Sosial
Cuaca Tidak Menentu Sebabkan Kualitas Tembakau Menurun, Petani Gunungkidul Merugi
Ngawen,(pidjar.com)–Bagi petani tembakau di beberapa wilayah saat ini telah memasuki musim yang ditunggu-tunggu, yaitu musim panen. Namun sayangnya karena anomali cuaca yang terjadi beberapa bulan ini menyebabkan tanaman tembakau rusak dan hasil panen yang tidak memuaskan.
Ketua kelompok Tani Maju padukuhan Cikal, Kalurahan Watusigar, Kapanewon Ngawen, Kuncung mengaku jika hasil panen tanaman tembakau dikelompoknya pada musim ini sangat turun drastis. Ia bersama kelompok mempunyai luas lahan 25 hektare yang dibagi menjadi dua komoditas, tanaman tembakau dan sayuran. Kini kelompoknya harus menelan pil pahit lantaran hasil panen yang tidak memuaskan.
“Kalau cuaca seperti ini kualitas tembakau jadi kurang baik, masalahnya masih sering mendung dan hujan,” kata Kuncung, Minggu (08/08/2021).
Akibat dari anomali cuaca belakangan ini membuat perawatan daun tembakau yang telah dipanen cukup sulit, pasalnya setelah dipanen daun tembakau harus dirajang dan kemudian dijemur. Proses penjemuran yang tidak sempurna tentunya akan menurunkan kualitas daripada tembakau.
“Akhir-akhir ini panasnya kurang mas, jadi perawatannya susah. Kalau tidak kering dalam satu hari sudah rusak kualitas tembakau rajangannya,” keluh Kuncung.
Selain itu, harga tembakau yang murah membuat para petani semakin merugi. Kuncung menyebutkan jika kini petani tembakau di kelompoknya tengah mencari pemborong di wilayah Ngawen, Semin, dan sekitarnya. Untuk harganya sendiri berkisar antara Rp. 4,5 sampai Rp. 5 juta rupiah per petaknya, padahal pada tahun lalu harganya bisa mencapai Rp. 12 juta.
“Yang jelas harga borongan di lahan murah meriah mas, tahun lalu bisa sampai 12 juta, sekarang cuma 4,5 – 5 juta itu untuk satu petak bibitnya sekitar 6000. Para petani keluar ke Ngawen ke Semin nyari pemborong tembakau,” lanjut Kuncung.
Selain Kuncung, hal serupa juga dialami oleh Dargo, petani tembakau asal Padukuhan Ploso, Kalurahan Giritirto, Kapanewon Purwosari. Akibat guyuran hujan, tanaman tembakau yang dimilikinya banyak diserang hama berupa ulat yang memakan daun tembakau siap panen.
Pada musim normal, Dargo mampu panen tembakau hingga seberat 3,5 kuintal, namun kini meskipun belum dipanen seluruhnya ia merasa hasilnya akan menurun drastis.
“Beberapa petak belum dipanen, tapi sepertinya akan menurun sampai 50%,” ucap Dargo.
Selain menjadi petani, Dargo sendiri juga menjadi pengepul bagi para petani tembakau dari beberapa wilayah di Gunungkidul. Tak jauh berbeda darinya, keluhan turunnya hasil panen juga dirasakan oleh para petani tembakau di Wareng, Wonosari dan di Gedad Playen. (RONI)
-
Politik1 hari yang lalu
Sutradara TV Swasta Masuk Deretan Nama Bursa Pilkada Gunungkidul
-
Politik3 minggu yang lalu
Mandat PAN Turun, Mahmud Ardi Widanta Kembali Maju di Pilkada Gunungkidul
-
Peristiwa6 hari yang lalu
Kecelakaan Hebat di Jalan Baron, Dua Orang Tak Sadarkan Diri
-
Pariwisata4 minggu yang lalu
Menjelajahi Sejumlah Wisata Ekstrem di Kabupaten Gunungkidul yang Patut Dicoba
-
Pariwisata1 minggu yang lalu
Drini Park, Destinasi Wisata Anyar Yang Suguhkan Keindahan Kawasan Pesisir Selatan
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Lantik 5 Pejabat Pimpinan dan Rotasi Puluhan Pegawai
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Mesum di Sekolah, Dua Guru SD Dipecat
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Dua Kendaraan Terlibat Kecelakaan di Jalan Jogja-Wonosari
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Tenggelam di Sungai Oya, Pelajar Ditemukan Meninggal Dunia
-
Sosial2 minggu yang lalu
Jamaah Masjid Aolia Gunungkidul Lebaran Hari Ini
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Sunaryanta Gelar Pertemuan dengan Petinggi Gerindra, Bahas Pilkada ?
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Puncak Arus Mudik Diperkirakan 9 April, Sejumlah Jalur Alternatif Disiapkan