Sosial
Komoditi Baru yang Menguntungkan, Kapas Menjadi Pilihan Petani Playen





Playen,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Kapas menjadi salah satu kokoditas pertanian yang sedang dikembangkan oleh petani di Gunungkidul. Pasalnya jenis tanaman ini mudah dikembangkan. Hasilnya pun juga sangat menjanjikan sehingga sekarang banyak petani yang mengembangkan komoditas ini dikarenakan pemeliharaannya yang dianggap mudah.
Ketua Kelompok Tani Agra, Kalurahan Ngleri, Kapanewon Playen, Maryati mengatakan kelompoknya senang menanam kapas karena pemeliharaannya mudah. Sistem yang digunakan untuk menanam jenis tanaman ini yakni tumpang sari dengan jenis tanaman lainnya. Kemudian hasilnya pun juga menjanjikan, pemasarannya juga lebih mudah.
“Di musim seperti sekarang kita (petani) lebih memiliki jaminan atau kepastian akan hasil pertanian kapas. Karena biaya produksi lebih bisa ditekan dan di pasaran juga mudah laku terjual,” kata Maryati, Minggu (09/08/2020).
Kelompok ini sudah mengembangkan kapas di lahan milik petani. Kedepan rencananya akan dikembangkan lagi menjadi 10 hektar lahan, dengan bantuan infrastruktur pengairan sehingga jauh lebih menunjang pertanian.
Kapas sendiri saat ini memang menjadi primadona baru. Komoditas ini dikembangkan di lahan kering dengan sistem tumpangsari. Di Gunungkidul ada 115 hektare lahan yang ditanami tanaman ini tersebar di Kapanewon Semanu, Karangmojo, Ponjong, Playen, dab Tanjungsari. Pengembangan kapas tidaklah mandiri, namun ada kerjasama dengan PT Sukuntex dari Kudus. PT inilah yang melakukan pemasaran hasil panen petani.



Di tingkat petani, kapas hasil panen dihargai 5.300 per kilogramnya. Benih kapas yang dikembangkan oleh petani Gunungkidul yakni varietas Kanesia.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Bambang Wisnu Broto mengungkapkan, sejak beberapa tahun terakhir petani Gunungkidul telah mengembangkan kapas. Dari tahun ke tahun hasilnya menujukkan progres yang baik, tahun 2020 ini hasilnya cukup baik karena curah hujan yang cukup.
“Biasanya petani melakukan penanaman benih pada awal bulan Maret. Perhitungan mereka agar kapas tidak ketinggalan dengan curah hujan, karena komoditas ini sangat bergantung curah hujan jadi hasilnya maksimal,”ucapnya.
Di kelompok lain, yakni Manunggal, Padukuhan Menggoran, Kalurahan Bleberan petani mengembangkan kapas pada lahan 4 hektar. Pola budidayanya tumpangsari antara kapas, jagung dan kacang tahah. Hasil untuk satu hektar lahan dengan sistem tumpangsari didapat 1 ton pipil kering jagung, 0,5 ton wose kacang tanah dan kapas didapat 1 ton.
Total pendapatan petani dari jagung, kacang tanah dan kapas bisa mencapai Rp 21 juta per hektar pada musim tanam kedua.
-
Olahraga5 hari yang lalu
Mengenal Demon Pratama, Pemuda Gunungkidul yang Masuk Timnas Bola Pantai Indonesia
-
Sosial4 minggu yang lalu
Gilang dan Salma Dinobatkan Sebagai Dimas Diajeng Gunungkidul 2025
-
Pemerintahan5 hari yang lalu
Bupati Copoti Reklame Tak Berizin yang Bertebaran di Gunungkidul
-
Sosial4 minggu yang lalu
Festival Umuk Kampung, Merayakan Kelestarian Kota dengan Merawat Tradisi
-
film4 minggu yang lalu
LSB PP Muhammadiyah Luncurkan Film “Djuanda: Pemersatu Laut Indonesia”
-
Hukum2 minggu yang lalu
TNI dan Satgas PKH: Garda Terdepan dalam Penegakan Hukum Perkebunan Sawit Ilegal
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Bupati Endah Soroti Banyaknya Kasus Perselingkuhan yang Melibatkan ASN
-
Sosial3 minggu yang lalu
Purna Tugas, Mantan Bupati Sunaryanta Pulang dengan Berlari 8 Km
-
Hukum2 minggu yang lalu
Terlibat Kasus Pemyimpangan TKD Sampang, Dirut Perusahaan Tambang Resmi Ditahan
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Seorang Penambang Batu Meninggal Usai Tertimpa Runtuhan Batu Besar
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
MBG di Gunungkidul Tetap Berjalan Selama Ramadhan, Berikut Menu yang Akan Dibagikan
-
Sosial4 minggu yang lalu
Kemen PPPA dan XL Axiata Luncurkan Program Pelatihan Keterampilan Pasca Bebas dari Lapas