Pemerintahan
Ribuan Bayi Kerdil Lahir Tiap Tahun, Pasangan Usia Dini Jadi Penyumbang Terbanyak




Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Warga Gunungkidul masih dihantui dengan ancaman stunting ataupun bayi kerdil. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Gunungkidul, setiap tahunnya, ribuan bayi di Gunungkidul mengalami stunting. Tingginya angka pernikahan dini menjadi faktor penyebab dari banyaknya anak yang terjangkit stunting.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Kartini mengatakan, dari data yang masuk, setiap tahun ada sekitar 6200 bayi di Gunungkidul yang mengalami stunting. Para bayi yang terserang stunting ini tersebar di sejumlah kecamatan diantaranya adalah Kecamatan Rongkop, Gedangsari, dan Semanu.
Menurut Kartini, anak yang dihasilkan dari pernikahan dini oleh remaja berusia 14 hingga 18 tahun menjadi penyumbang terbanyak kasus balita kerdil di Gunungkidul.
“Anak dari para remaja tersebut yang dominan menjadi penyumbang terbanyak dengan angka 30 %,” papar dia, Rabu (14/03/2018) siang.
Ia melanjutkan, bayi yang lahir dari pernikahan dini ini kerap ditemukan lahir secara tak sempurna dan pertumbuhannya lambat. Salah satu indikasi yang bisa terlihat dari anak stunting adalah bayi yang lahir dengan panjang kurang dari 48 centimeter.




Untuk menghindarkan anak dari stunting, Kartini berpesan kepada para ibu hamil agar menjaga kondisi. Bayi stunting biasanya lahir akibat ibu hamil mengalami kekurangan sel darah merah atau anemia. Selain itu ada pula ibu hamil yang kekurangan makanan tambahan.
“Saran kami agar para ibu hamil menjaga diri dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi agar asupan makanan untuk bayi yang dikandungnya bisa terjaga dengan baik,” papar dia.
Pihak Dinas Kesehatan sendiri telah berupaya maksimal dalam mengantisipasi sekaligus mengurangi angka bayi stunting di Gunungkidul. Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah dengan banyak menggelar kegiatan dan penyuluhan di Puskesmas, Posyandu, hingga PKK. Pihaknya juga memberikan himbauan agar para orang tua yang memiliki bayi stunting agar memberikan ASI ekslusif hingga usia 6 bulan.
“Pada usia berikutnya juga harus diberikan makanan tambahan,” lanjut dia.
Tak hanya itu, koordinasi lintas sektoral juga terus dilakukan agar langkah antisipasi bisa berjalan maksimal. Semisal koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPU PR) Gunungkidul yang didorong untuk penyediaan fasilitas air bersih. Koordinasi juga dilakukan dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DP3AKBPMD) Gunungkidul serta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora).
“Koordinasi dengan Disdikpora sangat penting mengingat penyumbang terbanyak bayi stunting adalah dari pasangan usia dini yang artinya masih dalam usia sekolah,” tutup dia.
-
Pemerintahan3 minggu yang lalu
Pemkab Gunungkidul Naikkan Gaji Pamong dan Staf Kalurahan
-
Sosial4 hari yang lalu
43 Tahun Berdayakan UMKM Gunungkidul, Koperasi Marsudi Mulyo Terus Berinovasi
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Gunungkidul Ajukan Tambahan Vaksin PMK 20 Ribu Dosis
-
Info Ringan5 hari yang lalu
Dibalut Horor, Film Petaka Gunung Gede Angkat Kisah Sahabat Sejati
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
3 Korban Laka Laut Pantai Drini Ditemukan Meninggal, 1 Masih Dalam Pencarian
-
Sosial2 minggu yang lalu
Bupati Gunungkidul Kukuhkan Pengurus FPRB Baru
-
Pemerintahan7 hari yang lalu
Bupati Gunungkidul Kembali Pecat 2 ASN Yang Terlibat Skandal Asusila
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Gelontoran Anggaran Rp 1,5 Miliar Untuk Perbaikan Gedung Sekolah
-
Uncategorized2 minggu yang lalu
Jumlah Pengguna Kereta Api Membludak saat Libur Panjang, PT KAI Daop 6 Klaim Bisa Dorong Pertumbuhan Ekonomi Daerah
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Atasi Permasalahan Sampah, Pemkab Gunungkidul Jalin Kerjasama Ubah Sampah Jadi Bahan Bakar Alternatif
-
bisnis1 minggu yang lalu
Penumpang KAI Bandara Yogya Naik 11 Persen pada Januari 2025
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
BKPPD Periksa 2 ASN Yang Diduga Terlibat Perselingkuhan