Sosial
Tempe Benguk Ternyata Masih Jadi Primadona, Sri Mulyani Tak Lagi Pusing Harga Kedelai Melambung










Playen,(pidjar.com)–Bagi masyarakat Gunungkidul, tempe kara atau akrab diberi nama tempe benguk tentu bukan makanan asing. Meski berlabel makanan ndeso, akan tetapi dengan rasanya yang khas, tempe benguk masih menjadi primadona bagi sebagian masyarakat.
Potensi pasar ini diendus benar oleh Sri Mulyani (47) warga Kepek I, Kalurahan Banyusoca, Kapanewon Playen. Setiap harinya, Sri yang telah beberapa waktu berprofesi menjual tempe bnengun ini dibanjiri pesanan.
Saat dikunjungi pidjar.com di rumahnya, janda yang kini telah memiliki dua orang cucu tersebut mengaku, langkahnya berjualan tempe benguk sendiri bisa dibilang merupakan berkah dari keterpaksaan. Semenjak pandemi pada Maret 2020 lalu, aktivitasnya di Kelompok Wanita Tani (KWT) tersendat karena dilarangnya aktivitas yang berkerumun. Ia lantas memutar otak agar tetap bisa produktif. Pelatihan yang penah ia dapatkan untuk membuat tempe kedelai lantas ia praktekan. Alhasil banyak tetangga hingga pedagang sayur yang order tempe kedelai di rumahnya.
“Dulu kedelai masih murah, ada di kisaran Rp.7.500,- saya beli di rumah tetangga, sehari bisa produksi sampai 10 kilogram dibantu ibu dan adik saya,” ucap Sri, sembari membungkus tempe kara.

Hingga pada akhir Desember lalu, harga kedelai melambung cukup tinggi. Hal ini tentu sangat menyulitkannya. Sebelum harga tempe melambung, ia menjual tempe dengan harga 200 rupiah per buahnya.
“Beli kedelainya di rumah tetangga, satu kilogram biasanya jadi 40 biji,” katanya.
Namun, ketika para tetangga sudah kehabisan kedelai, sementara harga kedelai impor mencapai Rp. 10ribu per kilogram, ia yang tak punya pilihan lain. Tempe benguk yang populer di lidah masyarakat mulai ia produksi.
“Sementara kami selang seling, kadang tempe benguk kadang tempe kedelai,” ucap dia.
Dengan ukuran yang lebih besar, ia bungkus tempe benguk dengan daun jati. Harga benguk mentah yang kurang dari separuh harga kedelai per kilogramnya membuat ia mampu meraup omzet cukup tinggi.
“Sekilo kara atau benguk mentah harganya hanya pada kisaran Rp. 4ribu rupiah. Biasanya satu kilogram benguk mentah bisa menghasilkan 40 bungkus,” jelas Sri.
Tak disangka, inovasinya ini disambut positif masyarakat. Ia kemudian kebanjiran order tempe benguk. Dalam sehari, ratusan bungkus tempe benguk selalu habis dipesan.
“Ya laba bersih sekitar 150 ribu sehari, saya syukuri,” tandasnya.













-
Info Ringan3 minggu ago
Enam Manfaat Rebusan Bunga Kantil untuk Kesehatan
-
Info Ringan4 minggu ago
Lima Kelebihan Memakai Granit sebagai Lantai Ruangan
-
Info Ringan4 minggu ago
Tujuh Macam Kue Sedehana untuk Malam Natal
-
Info Ringan5 hari ago
Tips Menghalau Ular Masuk Rumah
-
Info Ringan4 minggu ago
Tujuh Tips Menata Taman Halaman Rumah
-
Sosial4 minggu ago
Kisah Joko, Kerja Keras dan Yakinkan Istri Untuk Bisa Rakit Sepeda Seharga 75 Juta
-
Info Ringan2 minggu ago
Tujuh Hewan dengan Umur yang Sangat Panjang
-
Peristiwa2 minggu ago
Ditabrak Pemotor Ugal-ugalan, Devina Meninggal Dunia
-
Peristiwa2 minggu ago
Terpental Hingga Pekarangan Warga, Korban Laka Maut di Jalan Jogja-Wonosari Akhirnya Meninggal Dunia
-
Info Ringan2 minggu ago
Lima Bahan Alami Pencerah Kuku
-
Info Ringan3 minggu ago
Enam Buah dan Sayur Tinggi Protein
-
Sosial2 minggu ago
Sempat Jadi OB, Wisnu Kini Sukses Menjadi Eksportir Kerajinan Gedebok Pisang