bisnis
Berkah Pandemi, Wastafel Batu Alam Triyanto Diserbu Pembeli






Wonosari,(pidjar-com-525357.hostingersite.com)–Pandemi bagi sebagian orang justru membawa rezeki. Seperti apa yang dirasakan oleh Triyanto, warga Jatirejo, Kalurahan Gari, Kapanewon Wonosari. Usaha yang telah ia geluti selama belasan tahun itu semakin melejit di masa pandemi seperti saat ini. Bahkan perbulannya ratusan pesanan menyibukan hari-harinya.
Bahkan, seakan ketiban rejeki, ia baru-baru ini ditunjuk Pemkab Gunungkidul untuk pengadaan wastafel cuci tangan pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru. Rencananya, wastafel pesanan tersebut akan dipasang di sejumlah destinasi wisata di Gunungkidul.
Triyanto mengaku, batu yang ia gunakan sebagai bahan wastafel merupakan jenis Paras Yogya dan batu hitam seperti yang digunakan pada struktur candi. Baru Paras sendiri diambil dari perbukitan Gunungkidul. Sementara batu hitam ia dapat dari lereng Gunung Merapi.
“Saya memang penambang tradisional, sudah belasan tahun mendapat izin pertambangan rakyat,” ujar Triyanto yang kini telah memiliki delapan karyawan ini.
Bebatuan yang berhasil ia tambang lantas ia bawa ke lokas produksi miliknya. Kedelapan karyawannya setiap hari memang membentuk berbagai macam pesanan.







“Ada yang mengukir, ada juga yang langsung dibentuk sesuai permintaan, misalnya wastafel ini,” papar dia.
Kini, meskipun di tengah pandemi, produknya dapat menembus pasar nasional. Dalam sebulan, ia mampu mengumpulkan omzet hampir Rp. 50 juta
“Dari Medan, Makasar banyak pesanan, biasanya mereka jual lagi, saat ini di masa pandemi yang paling laris produk wastafel,” imbuh dia.
Harga dari kerajinannya pun beragam, mulai dari puluhan ribu hingga jutaaan. Kegemaran masyarakat yang kini menyukai barang etnik, membuat ia terus kebanjiran order.
“Apalagi di masa Adaptasi Kebiasaan Baru ini dimana saya menggabungkan konsep etnik, dengan kebutuhan masyarakat, ternyata disambut positif,” jelas Triyanto.
Dalam belasan tahun ia menjadi pengrajin batu alam, baru tahun ini permintaannya melejit. Di samping itu, harganya juga cukup murah.
“Untuk wastafel memang hanya saya bandrol Rp 250 ribu sampai Rp 350 ribu tergantung ukuran,” ujarnya.
Meskipun ia memgaku sempat kerepotan meladeni pesanan namun ia tetap bersyukur lantaran di tengah kesulitan ekonomi yang kini dirasakan banyak orang akibat pandemi, Triyanto justru ketiban berkah. Untuk menjaga kualiras produk, setiap bebatuan yang sudah berbentuk kotak siap bentuk ia ukir secara manual.
Meskipun perlu detail untuk membentuk satu per satu produk, bapak dari dua anak ini mengaku tidak keberatan. Baginya kepuasan pelanggan menjadi yang nomor satu.
“Apalagi bisa melibatkan masyarakat sekitar, bagi saya ini berkah yang luar biasa di tengah pandemi,” pungkasnya.
-
Olahraga1 minggu yang lalu
Mengenal Demon Pratama, Pemuda Gunungkidul yang Masuk Timnas Bola Pantai Indonesia
-
Pemerintahan1 minggu yang lalu
Bupati Copoti Reklame Tak Berizin yang Bertebaran di Gunungkidul
-
Sosial3 minggu yang lalu
Purna Tugas, Mantan Bupati Sunaryanta Pulang dengan Berlari 8 Km
-
Hukum3 minggu yang lalu
TNI dan Satgas PKH: Garda Terdepan dalam Penegakan Hukum Perkebunan Sawit Ilegal
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
Bupati Endah Soroti Banyaknya Kasus Perselingkuhan yang Melibatkan ASN
-
Uncategorized1 minggu yang lalu
Sejumlah Siswa SMA Muhammadiyah Al Mujahidin Gunungkidul Lolos SNBP
-
Hukum3 minggu yang lalu
Terlibat Kasus Pemyimpangan TKD Sampang, Dirut Perusahaan Tambang Resmi Ditahan
-
Peristiwa3 minggu yang lalu
Seorang Penambang Batu Meninggal Usai Tertimpa Runtuhan Batu Besar
-
Pemerintahan4 minggu yang lalu
MBG di Gunungkidul Tetap Berjalan Selama Ramadhan, Berikut Menu yang Akan Dibagikan
-
Pemerintahan2 minggu yang lalu
Tren Takbir Keliling Gunakan Sound System, Ini Strategi Pemkab, FKUB dan Polisi
-
Peristiwa2 minggu yang lalu
Tebing di Tanjakan Clongop Longsor, Akses Jalan Ditutul Total
-
film3 minggu yang lalu
Film horor “Singsot: Siulan Kematian”, Bawa Petaka saat Magrib